Sejumlah Negara Eropa Tingkatkan Kesiapsiagaan Warga Hadapi Ancaman Perang

Penyelamatan diri warga saat Rusia menyerang ibu kota Ukraina, Kyiv. Foto Dok/Net--

RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO - Seiring dengan meningkatnya ketegangan geopolitik, terutama akibat ekspansi militer Rusia ke Ukraina, sejumlah negara Eropa mulai mengambil langkah serius untuk mempersiapkan warga menghadapi potensi konflik bersenjata. Langkah-langkah ini mencerminkan kekhawatiran yang berkembang di antara para pemimpin Eropa terhadap ancaman keamanan yang semakin nyata, serta ketidakpastian akan dukungan pertahanan dari Amerika Serikat.

 

Pemerintah negara-negara Eropa kini mendorong warganya untuk memperkuat ketahanan psikologis, menimbun logistik dasar, serta mengikuti simulasi evakuasi massal. Strategi ini merupakan bagian dari upaya membangun budaya kesiapsiagaan dan ketahanan sipil menghadapi berbagai kemungkinan krisis, termasuk serangan militer, bencana alam, hingga gangguan infrastruktur penting.

 

Komisi Eropa pada Maret lalu telah merilis panduan resmi yang menginstruksikan masyarakat untuk menyimpan persediaan makanan dan kebutuhan pokok setidaknya untuk 72 jam. Panduan ini juga menekankan pentingnya kesiapan kolektif dan tanggap darurat dalam skala komunitas.

 

Beberapa negara sudah menjalankan langkah konkret. Jerman, misalnya, memperbarui dokumen kebijakan pertahanan nasional yang mengatur skenario jika terjadi perang, dan dampaknya terhadap kehidupan sipil.

 

 

Negara Swedia mendistribusikan kembali buku panduan bertajuk Jika Krisis atau Perang Datan kepada jutaan rumah tangga. Buku ini berisi petunjuk tentang perlindungan dari serangan udara, prosedur evakuasi, hingga langkah-langkah menghadapi kemungkinan serangan nuklir. Warga juga diarahkan untuk segera berlindung di dalam ruangan tertutup serta mengikuti siaran darurat nasional saat terjadi situasi genting.

 

Finlandia, sebagai negara yang berbatasan langsung dengan Rusia sepanjang lebih dari 1.300 kilometer, menjadi salah satu negara dengan tingkat kesiapsiagaan tertinggi. Sejak dekade 1950-an, pembangunan tempat perlindungan bom menjadi kewajiban hukum pada setiap bangunan apartemen dan kantor. Saat ini, negara tersebut memiliki lebih dari 50 ribu bunker yang dapat menampung hingga 4,8 juta orang, hampir setara dengan total populasi mereka.

 

Pada November tahun lalu, pemerintah Finlandia juga memperkenalkan panduan krisis terbaru yang mencakup skenario lebih luas, mulai dari pemadaman listrik besar-besaran, gangguan telekomunikasi, cuaca ekstrem, hingga konflik militer. Semua ini dirancang untuk memperkuat kemampuan bertahan masyarakat dalam situasi darurat.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan