Enam Upacara Adat Ikonik dari Ranah Minang dan Mentawai

Upacara Tabuik/ Foto--Net.--

RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO - Sumatera Barat merupakan provinsi yang kaya akan nilai budaya dan adat istiadat, terutama dari masyarakat Minangkabau yang mendominasi wilayah daratan. Di sisi lain, Kepulauan Mentawai yang terletak terpisah dari daratan utama juga memiliki kebudayaan yang tak kalah menarik, dengan nuansa spiritualitas dan hubungan harmonis dengan alam yang sangat kental.

 

Budaya Minangkabau dikenal memiliki sistem adat yang kuat dan berakar dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Meski mengalami pengaruh dari luar seiring perkembangan zaman, warisan adat ini tetap lestari, terutama di kalangan masyarakat pedalaman. Berikut enam upacara adat yang mencerminkan kekayaan budaya dan filosofi kehidupan masyarakat Sumatera Barat:

 

1. Tabuik

Tabuik merupakan tradisi yang berkembang di Kota Pariaman dan menjadi salah satu peristiwa budaya paling meriah di provinsi ini. Upacara ini dilaksanakan setiap bulan Muharram untuk mengenang gugurnya Husein bin Ali, cucu Nabi Muhammad SAW, pada peristiwa Karbala. Istilah "tabuik" sendiri berasal dari bahasa Arab tabut, yang berarti peti. Prosesi dimulai dengan berbagai ritual seperti pengambilan tanah, penebangan batang pisang, hingga puncaknya berupa pengarakkan patung tabuik ke laut sebagai simbol pelepasan duka. Tradisi ini telah menjadi agenda tahunan yang menarik banyak wisatawan.

 

2. Turun Mandi

Ritual ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas kelahiran seorang anak, sekaligus sebagai momen untuk memperkenalkan bayi tersebut kepada lingkungan sosialnya. Biasanya dilaksanakan di aliran sungai yang bersih, acara ini juga menjadi bagian dari penguatan ikatan kekeluargaan dan pelestarian adat. Uniknya, pemilihan hari pelaksanaan bergantung pada jenis kelamin bayi: hari ganjil untuk anak laki-laki dan hari genap untuk anak perempuan.

 

3. Batagak Pangulu

Upacara ini menjadi momentum penting dalam struktur sosial Minangkabau karena menandai penobatan seseorang sebagai pemimpin kaum atau panghulu. Gelar tersebut diberikan berdasarkan kesepakatan adat dan melibatkan musyawarah yang dihadiri oleh berbagai unsur masyarakat, termasuk Kerapatan Adat Nagari. Prosesinya meliputi pertemuan adat, pertunjukan budaya, serta jamuan makan bersama yang mencerminkan kehormatan terhadap nilai kepemimpinan tradisional.

 

4. Malamang

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan