Jurnalis Kritis, Kini Duduk di Kursi Komisaris Pertamina

Jurnalis Kritis, Kini Duduk di Kursi Komisaris Pertamina,> Foto/net--

Radarlambar.bacakoran.co - Nama Nanik Sudaryati Deyang kembali mencuat ke publik. Perempuan yang dikenal dengan panggilan Nanik S. Deyang itu resmi ditunjuk sebagai Komisaris Independen PT Pertamina (Persero). Penetapannya dilakukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan Pertamina Tahun Buku 2024 yang digelar pada Kamis, 12 Juni 2025 di Grha Pertamina, Jakarta.

Penunjukan Nanik merupakan bagian dari perombakan besar jajaran komisaris dan direksi Pertamina. Dalam rapat tersebut, pemegang saham juga menyepakati sejumlah nama baru di kursi penting, termasuk Oki Muraza sebagai Wakil Direktur Utama dan Jaffee Arizon Suardin sebagai Direktur Logistik dan Infrastruktur. Nama lain seperti Agung Wicaksono dan Andy Arvianto juga masuk ke dalam susunan direksi, menandai langkah transformasi perusahaan energi pelat merah itu.

Sementara itu, mantan Direktur SDM Pertamina, M. Erry Sugiharto, kini mengisi posisi baru sebagai Direktur Penunjang Bisnis. Di sisi dewan komisaris, selain Nanik, terdapat nama Todotua Pasaribu yang menjabat sebagai Wakil Komisaris Utama.

Penunjukan Nanik tertuang dalam Keputusan Menteri BUMN selaku pemegang saham Seri A Dwiwarna, melalui surat bernomor SK-150/MBU/06/2025 dan SK.012/DI-DAM/DO/2025. Surat ini mengatur pemberhentian serta pengangkatan anggota dewan komisaris Pertamina.

Dari Redaksi ke Lini Kebijakan
Nanik S. Deyang bukan sosok baru dalam dunia publik. Lahir di Madiun, 3 Januari 1968, ia dikenal luas sebagai jurnalis yang tajam, kritis, dan vokal terhadap isu-isu sosial, politik, dan ekonomi. Kariernya bermula dari Tabloid Bangkit milik Kompas Gramedia, dan terus menanjak hingga ia memimpin beberapa media dari Kelompok Media Peluang (KMP).

Selama bertahun-tahun, Nanik memegang berbagai peran strategis: Pemimpin Umum majalah Femme, Direktur Utama tabloid wanita Info Kecantikan, hingga Komisaris tabloid ekonomi Peluang Usaha, kuliner Info Kuliner, dan tabloid umum The Politic. Jejak panjangnya di media menunjukkan kemampuannya dalam membaca arah kebijakan, memahami denyut masyarakat, dan menjaga independensi suara publik.

Aktivis, Loyalis, dan Pejuang Sosial
Namun, rekam jejak Nanik tak berhenti di dunia jurnalistik. Ia juga aktif dalam kegiatan sosial dan politik. Ia dipercaya menjadi Wakil Ketua Yayasan Gerakan Solidaritas Nasional (GSN), lembaga sosial yang didirikan oleh Prabowo Subianto untuk menyuarakan isu-isu masyarakat akar rumput.

Saat Pilpres 2019, Nanik masuk ke barisan politik sebagai Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional pasangan Prabowo–Sandi. Ia menjadi salah satu penggerak utama kampanye yang membawa narasi keadilan dan kemakmuran bagi rakyat.

Pada 22 Oktober 2024, Nanik kembali dipercaya mengemban tugas negara. Presiden Prabowo menunjuknya sebagai Wakil I Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan, mendampingi Budiman Sudjatmiko dan Iwan Sumule. Ketiganya dipercaya untuk merancang strategi lintas sektoral dalam menurunkan angka kemiskinan di Indonesia.

Bukan Tanpa Kontroversi
Nama Nanik juga sempat terseret ke dalam pusaran kasus hoaks penganiayaan Ratna Sarumpaet pada 2018. Saat itu, ia dipanggil sebagai saksi oleh penyidik Polda Metro Jaya karena dianggap mengetahui awal informasi yang beredar. Meski tidak terlibat langsung, keterkaitannya menjadi perhatian publik.

Namun, perjalanan karier Nanik tetap berlanjut. Dengan latar belakang jurnalis, aktivis, dan kini birokrat, kehadirannya di kursi komisaris independen Pertamina memberi warna baru. Ia datang membawa perspektif masyarakat sipil ke jantung korporasi energi nasional. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan