SPMB 2025: Jalur Prestasi Tak Lagi Gunakan Nilai Rapor, Diganti Tes Akademik

Reporter: Lusiana Purba |

Editor: Budi Setiawan |

Senin , 21 Apr 2025 - 16:02

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'ti. - Foto Net--

Ia juga menegaskan bahwa tidak semua siswa perlu mengikuti tes ini, apalagi jika merasa tertekan.

TKA dihadirkan sebagai opsi, bukan kewajiban, sehingga siswa yang merasa tidak siap secara mental boleh memilih untuk tidak ikut.

“Dulu, karena wajib, banyak siswa stres. Sekarang karena sukarela, jika merasa terbebani, ya tidak perlu ikut,” imbuhnya.

TKA Jadi Bekal untuk Seleksi di Dalam dan Luar Negeri

Selain menggantikan UN, TKA dirancang agar siswa memiliki nilai akademik pribadi yang bisa digunakan dalam proses seleksi masuk perguruan tinggi, termasuk universitas di luar negeri.

“Banyak kampus yang meminta agar siswa punya nilai individual, bukan nilai kolektif atau hasil sampling,” jelas Mu’ti lagi.

TKA ini akan dijadikan indikator penting dalam proses Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) serta seleksi jalur prestasi di tingkat SMP dan SMA. (*)

spmb 2025: jalur prestasi tak lagi gunakan nilai rapor, diganti tes akademik                            radarlambar.bacakoran.co - mulai tahun 2025, mekanisme penerimaan siswa baru melalui jalur prestasi akan mengalami perubahan besar. nilai rapor yang selama ini dijadikan acuan dalam proses seleksi tidak akan lagi digunakan. 
sebagai gantinya, pemerintah akan menerapkan tes kemampuan akademik (tka) sebagai penilaian utama.
kebijakan ini disampaikan oleh menteri pendidikan dasar dan menengah, abdul mu’ti, yang menyebut bahwa tka akan berfungsi sebagai pengganti ujian nasional (un), serta menjadi indikator untuk mengukur kemampuan akademik siswa secara lebih adil dan akurat.
“mulai tahun ini jalur prestasi tidak lagi didasarkan pada nilai rapor,” jelas mu’ti.
ia ingin menekan ketergantungan pada rapor karena banyak nilainya yang tidak mencerminkan kondisi sebenarnya.
 
masalah validitas nilai rapor
mu’ti mengungkapkan bahwa salah satu alasan utama perubahan ini adalah kurangnya validitas dalam penilaian rapor. 
ia menyoroti praktik sebagian guru yang memberikan nilai lebih tinggi dari kemampuan siswa sesungguhnya, biasanya karena alasan pribadi atau empati terhadap murid.
“banyak laporan dari masyarakat yang mempertanyakan kejujuran nilai rapor. guru kadang terlalu baik hati dan memberikan nilai lebih tinggi. misalnya, nilai 6 jadi 8, atau 8 dinaikkan jadi 10,” katanya.
 
tes akademik tidak wajib, tapi jadi syarat jalur prestasi
tka tidak bersifat wajib untuk seluruh siswa. tes ini hanya ditujukan bagi mereka yang ingin mendapatkan peluang lebih, seperti mendaftar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi melalui jalur prestasi, baik untuk masuk smp maupun sma.
“ikut tka itu pilihan. kalau tidak ikut, ya siswa tidak memiliki nilai individual untuk jalur prestasi,” ujar mu’ti.
ia juga menegaskan bahwa tidak semua siswa perlu mengikuti tes ini, apalagi jika merasa tertekan. 
tka dihadirkan sebagai opsi, bukan kewajiban, sehingga siswa yang merasa tidak siap secara mental boleh memilih untuk tidak ikut.
“dulu, karena wajib, banyak siswa stres. sekarang karena sukarela, jika merasa terbebani, ya tidak perlu ikut,” imbuhnya.
 
tka jadi bekal untuk seleksi di dalam dan luar negeri
selain menggantikan un, tka dirancang agar siswa memiliki nilai akademik pribadi yang bisa digunakan dalam proses seleksi masuk perguruan tinggi, termasuk universitas di luar negeri.
“banyak kampus yang meminta agar siswa punya nilai individual, bukan nilai kolektif atau hasil sampling,” jelas mu’ti lagi.
tka ini akan dijadikan indikator penting dalam proses seleksi nasional berdasarkan prestasi (snbp) serta seleksi jalur prestasi di tingkat smp dan sma. (*)