Di Balik Popularitas Kartini: Kisah Kelam Keluarganya yang Terkubur

Foto: Lukisan R.A. Kartini bersama R.A. Kardinah dan R.A. Roekmini. Foyto Dok. museumkartinirembang--
Radarlambar.bacakoran.co- Pada 21 April 2025, Indonesia memperingati 146 tahun kelahiran Kartini, seorang pejuang emansipasi wanita yang namanya harum dalam sejarah Indonesia.
Meskipun popularitasnya terus berkembang, nasib anggota keluarganya justru jauh berbeda. Beberapa dari mereka mengalami penderitaan yang sangat berat, seperti ketidakdiakuan oleh negara, kesengsaraan di masa tua, bahkan menjadi korban kekerasan.
Kardinah adalah adik kandung Kartini yang hidup dalam bayang-bayang kesulitan setelah Indonesia merdeka. Pada 1945, rumah Kardinah dirusak oleh massa yang mencari menantu Kardinah, Bupati Tegal Sunarjo.
Tanpa menemui target mereka, massa mengamuk dan memaksa Kardinah beserta keluarganya keluar rumah dengan kondisi memprihatinkan. Kejadian ini menyebabkan trauma mendalam, dan Kardinah menghabiskan sisa hidupnya di Salatiga hingga wafat pada 1970.
Soesalit, anak Kartini, menghabiskan hidupnya di dunia militer, terjun ke PETA dan TKR. Namun, pada 1948, ia dituduh terlibat dalam Peristiwa Madiun dan dipenjara tanpa proses peradilan yang jelas. Meski dibebaskan oleh Soekarno, kariernya tak pernah sama lagi, dan hidupnya berakhir dalam kemiskinan pada 1962.
Sosrokartono, kakak Kartini, dikenal sebagai 'Si Jenius dari Timur' karena kecerdasannya dalam menguasai berbagai bahasa dan karier cemerlang di Eropa. Namun, perjuangannya untuk Indonesia tak dihargai oleh pemerintah Hindia Belanda. Meski aktif dalam pergerakan kemerdekaan, dia tak mendapat pengakuan negara sendiri. Pada 1942, Sosrokartono mengalami kelumpuhan dan hidup dalam kesendirian hingga meninggal pada 1952.
Cerita-cerita ini mengungkap betapa nasib tragis yang dialami keluarga Kartini berbanding terbalik dengan perjuangan sang ibu, yang meskipun membawa angin perubahan, justru keluarga terdekatnya mengalami derita yang mendalam.(*)