Trump Gagas "Golden Dome": Proyek Raksasa Pertahanan Rudal AS Terinspirasi dari Iron Dome Israel

Sistem antirudal Iron Dome Israel mencegat roket setelah Iran menembakkan salvo rudal balistik ke Irael. Foto-REUTERS--

Radarlambar.bacakoran.co- Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan rencana pembangunan sistem pertahanan rudal berlapis bernama Golden Dome, proyek ambisius yang disebut sebagai terobosan baru dalam strategi keamanan nasional Negeri Paman Sam. Sistem ini terinspirasi dari Iron Dome milik Israel, yang telah terbukti efektif dalam menangkal serangan roket di kawasan Timur Tengah.

Trump menargetkan sistem ini mulai beroperasi dalam waktu tiga tahun, dengan alokasi pendanaan awal sebesar US\$25 miliar atau sekitar Rp410 triliun, dan estimasi biaya total yang dapat mencapai US\$175 miliar atau sekitar Rp2.870 triliun.

Menurut penjelasan dari Gedung Putih, sistem ini akan menggabungkan teknologi berbasis satelit untuk deteksi dini dengan sistem pencegat yang dirancang menghancurkan ancaman dari udara maupun luar angkasa.

Proyek ini akan dipimpin Jenderal Michael Guetlein dari Angkatan Luar Angkasa AS, dengan dukungan dari sejumlah perusahaan teknologi strategis seperti SpaceX, Palantir, dan Anduril. Keterlibatan tokoh-tokoh teknologi seperti Elon Musk dalam proyek ini pun menimbulkan sorotan tajam dari kalangan oposisi.

Sejumlah anggota Partai Demokrat mulai mendorong penyelidikan atas potensi konflik kepentingan, khususnya menyangkut hubungan antara Trump dan perusahaan-perusahaan pendukung proyek ini. Selain itu, para pengamat pertahanan menyoroti sisi teknis dan strategi jangka panjang proyek, mengingat kompleksitas sistem pertahanan berlapis yang direncanakan.

Di tengah keraguan itu, proyek Golden Dome muncul di tengah meningkatnya ketegangan global dan dinamika konflik yang makin kompleks. Sistem Iron Dome Israel sendiri kini semakin diminati oleh banyak negara. Dikenal efektif menangkal roket jarak pendek, teknologi ini telah diadopsi secara resmi oleh Azerbaijan sejak 2016 dan diperkirakan telah dimiliki oleh Singapura sejak pertengahan 2010-an.

Beberapa negara Eropa, seperti Rumania dan Siprus, juga telah membeli sistem ini untuk memperkuat pertahanan nasional, sementara Republik Ceko, Slovakia, dan Hungaria memilih membeli komponen seperti radar EL/M-2084 guna memperkuat struktur pertahanan mereka.

Meski mahal dan membutuhkan dukungan teknologi tingkat tinggi, sistem pertahanan semacam ini dinilai mampu memberikan perlindungan real-time terhadap ancaman udara—sebuah kebutuhan yang makin mendesak di era peperangan modern yang sarat dengan ancaman drone, rudal balistik, hingga senjata hipersonik.

Rencana Trump membangun Golden Dome menjadi sinyal bahwa pertahanan udara kini tak lagi sekadar pelindung teritorial, melainkan simbol supremasi teknologi dan proyek geopolitik berskala global.(*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan