Gugatan di Balik Blazer Hijau: Lisa Mariana dan Sidang yang Menyita Perhatian

Model Lisa Mariana. - -Foto Instagram.--
Radarambar.bacakoran.co - Rabu pagi, udara Bandung masih dingin ketika sebuah mobil Alphard hitam meluncur perlahan ke halaman Pengadilan Negeri Bandung Klas IA. Dari balik pintu kendaraan, seorang perempuan turun dengan langkah mantap. Dialah Lisa Mariana, mantan model majalah dewasa yang kini menjadi sorotan publik bukan karena karier glamornya, melainkan karena gugatan perdata yang ia layangkan terhadap mantan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.
Tampil elegan dengan balutan dress hitam yang dipadukan blazer hijau, Lisa menarik perhatian sejak ia melangkah keluar dari mobil. Riasan wajahnya tampak sempurna, menyiratkan bahwa ia siap menghadapi hari yang mungkin akan mempengaruhi masa depan dirinya dan anak yang ia perjuangkan.
Ini adalah sidang kedua dalam perkara yang telah menggemparkan jagat maya beberapa waktu terakhir. Sidang sebelumnya harus ditunda karena pihak tergugat tak hadir, membuat hari ini menjadi penentuan awal yang penting. Tepat pukul 10.33 WIB, Lisa tiba dan langsung menuju ruang sidang 2 Yudhistira, didampingi tim kuasa hukumnya.
Di ruang sidang, semua pihak bersiap. Agenda hari ini masih berputar di soal keabsahan perwakilan hukum dari pihak tergugat. Gugatan yang diajukan Lisa tidak main-main. Ia menuntut pengakuan atas anak yang diyakininya merupakan hasil hubungannya dengan Ridwan Kamil—sebuah pernyataan yang hingga kini belum mendapatkan respons terbuka dari sang mantan pejabat.
Proses hukum berjalan sesuai jalur. Seperti umumnya perkara perdata, kehadiran prinsipal—dalam hal ini Ridwan Kamil—menjadi penting sebagai bentuk iktikad baik dalam menyelesaikan masalah. Jika hari ini kuasa hukum dari pihak tergugat hadir dan sah secara hukum, maka sidang akan melangkah ke tahap selanjutnya: mediasi.
Bagi Lisa, ini bukan sekadar perkara pengadilan. Ini adalah perjalanan panjang untuk menuntut sesuatu yang ia yakini sebagai hak. Bukan hanya tentang dirinya, tapi tentang anak yang selama ini tumbuh tanpa pengakuan dari figur ayah yang ia sebut dalam gugatan.
Sidang hari itu berlangsung tertib, namun tensinya tetap terasa. Di luar ruang sidang, sejumlah wartawan menanti perkembangan, mencoba menangkap ekspresi dan komentar dari kedua belah pihak. Namun tak ada yang benar-benar bisa menjawab bagaimana akhir cerita ini akan berlangsung. Akankah ada pengakuan? Ataukah perkara ini akan berlanjut ke meja hakim dan bukti yang lebih dalam?