Amerika Kembali Bergejolak, Trump Kerahkan Ribuan Tentara untuk Tindak Imigran di Los Angeles

Donal Trump--
Radarlambar.bacakoran,.co -Kebijakan keras Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, terhadap imigran kembali memicu gejolak besar. Sejak 6 Juni 2025, ribuan orang turun ke jalan di berbagai sudut Los Angeles untuk memprotes penangkapan massal imigran tanpa dokumen oleh aparat federal. Aksi yang awalnya berlangsung damai itu berubah menjadi kericuhan hebat, disertai pembakaran kendaraan, pemblokiran jalan bebas hambatan, hingga penjarahan.
Situasi makin memanas setelah pemerintah pusat mengirim 2.000 personel Garda Nasional ke kota tersebut. Beberapa hari kemudian, jumlah itu bertambah dengan tambahan 2.000 tentara reguler dan 700 marinir. Langkah Trump ini sontak memantik amarah dari para pejabat lokal dan politisi Partai Demokrat.
Operasi penangkapan imigran terbaru digelar di wilayah Westlake dan Paramount, dua distrik di Los Angeles yang mayoritas dihuni oleh komunitas Hispanik dan kelompok migran lainnya. Dalam satu hari saja, lebih dari seratus imigran ditangkap dalam razia yang dilakukan di berbagai lokasi kerja dan ruang publik.
Sementara itu, muncul kabar bahwa agen ICE (Imigrasi dan Bea Cukai AS) melakukan penggerebekan di sebuah toko di Paramount. Namun, pihak berwenang membantah klaim tersebut dan menyatakan bahwa semua penangkapan dilakukan sesuai prosedur.
Apa yang membuat situasi ini makin rumit adalah keputusan Trump untuk mengerahkan pasukan tanpa persetujuan Gubernur California. Biasanya, pengerahan Garda Nasional hanya dilakukan atas permintaan gubernur negara bagian. Namun, Trump menggunakan undang-undang federal yang jarang dipakai, dengan dalih bahwa aksi protes ini merupakan bentuk pemberontakan terhadap pemerintah pusat.
Langkah ini menjadi yang pertama dalam 60 tahun terakhir—terakhir kali dilakukan pada 1965 ketika kerusuhan besar meletus di wilayah Watts, Los Angeles. Tak heran jika reaksi keras langsung muncul dari Gubernur Gavin Newsom dan Wali Kota Los Angeles Karen Bass. Keduanya menyebut tindakan Trump sebagai pelanggaran kewenangan dan bentuk penyalahgunaan kekuasaan.
Gelombang unjuk rasa dan penolakan ini menambah panjang daftar kontroversi dalam masa kepresidenan kedua Trump, terutama dalam isu kebijakan imigrasi yang dinilai represif dan diskriminatif. Sementara itu, ketegangan sosial di Los Angeles terus meningkat, memperlihatkan betapa rapuhnya relasi antara pemerintah pusat dan daerah di tengah isu yang begitu sensitif. (*)