Terisolasi Digital, Warga di Wilayah Ini Berharap BTS

BATU KETULIS – Hingga pertengahan 2025, Pekon Atarkuaw di Kecamatan Batuketulis, Lampung Barat, masih menjadi salah satu wilayah yang terisolasi dari jaringan komunikasi digital. Ketiadaan sinyal membuat warga kesulitan mengakses informasi hingga layanan publik berbasis daring.

Kondisi ini berdampak langsung pada kehidupan sehari-hari masyarakat. Aktivitas komunikasi, pendidikan, pemerintahan, hingga urusan sosial menjadi terganggu karena lemahnya jaringan seluler.

“Setiap hari kami harus naik ke dataran tinggi atau mencari tempat tertentu hanya untuk mendapat satu-dua bar sinyal agar bisa sekadar menelepon,” ujar Masrul, warga Atarkuaw.

Ia bersama warga lainnya mendesak pemerintah dan penyedia layanan telekomunikasi untuk segera membangun Base Transceiver Station (BTS) di wilayah tersebut. Menurutnya, keberadaan BTS akan menjadi solusi mendasar atas keterbatasan yang selama ini mereka hadapi.

Tak hanya warga, aparatur pekon juga mengeluhkan kondisi tersebut. Rohidi, staf pemerintahan pekon, mengatakan lemahnya sinyal turut menghambat pelaporan administrasi desa yang kini mayoritas berbasis online.

“Pelaporan data untuk SDGs, laporan keuangan, hingga pendataan bantuan sosial jadi tersendat. Kadang kami harus menumpang sinyal ke pekon sebelah atau turun ke kantor kecamatan,” ungkapnya.

Pendidikan jarak jauh dan komunikasi dengan keluarga yang merantau juga tidak bisa berjalan maksimal. Warga berharap keluhan ini segera mendapat respons dari Pemkab Lampung Barat dan Dinas Kominfo.

“Pembangunan BTS bukan lagi kebutuhan sekunder. Ini sangat penting untuk membuka akses informasi, pendidikan, dan peluang ekonomi bagi masyarakat kami. Beruntung sejak 2024 untuk aktivitas kebutuhan internet di balai desa telah menggunakan satelit bakti bantuan dari kemen kominfo,” tegas Masrul.

Warga menilai pembangunan infrastruktur telekomunikasi akan menjadi pintu masuk bagi percepatan pembangunan di wilayah pedalaman seperti Atarkuaw. (rinto/nopri)