Untuk Pertama Kalinya, Palestina Hadiri Peringatan Bom Hiroshima

Untuk Pertama Kalinya, Palestina Hadiri Peringatan Bom Hiroshima. Foto/net--
RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO - Palestina mencatat sejarah baru dengan kehadirannya dalam upacara peringatan 80 tahun tragedi bom atom di Hiroshima, Jepang, Rabu (6/8/2025). Ini menjadi momen perdana di mana otoritas Palestina diundang secara terbuka bersama perwakilan dari Taiwan dan lebih dari 120 negara lainnya dalam peringatan tahunan tragedi nuklir pertama di dunia.
Upacara yang digelar setiap tahun itu mengenang peristiwa kelam saat Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki pada Agustus 1945. Aksi tersebut menewaskan lebih dari 200.000 jiwa dan mengakhiri Perang Dunia II.
Tahun ini, Hiroshima membuka undangan peringatannya untuk semua negara tanpa terkecuali. Negara-negara pemilik senjata nuklir seperti Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Israel hadir. Namun, Cina, Pakistan, dan Korea Utara memilih absen. Uniknya, Belarusia, sekutu Rusia yang sempat diboikot, kembali diizinkan bergabung setelah empat tahun absen akibat konflik Ukraina.
Kehadiran Palestina mencerminkan pengakuan simbolik terhadap eksistensi mereka di tengah upaya global untuk menyerukan perdamaian dan pelucutan senjata nuklir. Di sisi lain, langkah ini juga mengindikasikan sikap terbuka Jepang terhadap negara dan wilayah yang selama ini belum diakui secara resmi.
Dalam peringatan itu, ribuan orang memadati Peace Memorial Park di Hiroshima. Para penyintas, keluarga korban, hingga perwakilan negara menyuarakan kekhawatiran terhadap maraknya konflik global yang dinilai mengancam perdamaian dunia.
Wali Kota Hiroshima menekankan pentingnya mengingat sejarah demi mencegah tragedi serupa terulang. Ia juga mengkritik meningkatnya retorika militerisme dan kepemilikan senjata nuklir sebagai alat pertahanan nasional.
Komitmen Jepang terhadap perlucutan senjata tetap kuat, meski negara itu belum menandatangani perjanjian internasional PBB yang melarang kepemilikan senjata nuklir. Sejumlah aktivis dan penyintas – yang dikenal sebagai hibakusha – terus memperjuangkan dunia bebas nuklir, bahkan gerakan mereka berhasil meraih Hadiah Nobel Perdamaian pada 2024.
Sementara itu, di ranah politik, partai oposisi utama Jepang juga menyerukan pengakuan resmi terhadap negara Palestina dan mendesak penghentian agresi militer Israel di Gaza. Seruan ini datang seiring meningkatnya krisis kemanusiaan dan seruan global untuk menghentikan kekerasan.
Kehadiran Palestina dalam peringatan ini menjadi momen bersejarah, tidak hanya bagi diplomasi internasional, tetapi juga sebagai simbol solidaritas terhadap korban perang dan harapan atas perdamaian abadi. (*)