Dea Ananda Putuskan Cukup dengan Satu Anak, Ini Alasannya!

Dea Ananda Putuskan Cukup dengan Satu Anak- -Foto Net-

RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO - Dea Ananda dan Andi Ariel Harsya, atau yang lebih dikenal sebagai Ariel ‘Nidji’, telah menjalani pernikahan harmonis selama 16 tahun. Meski telah cukup lama menikah, pasangan ini baru dikaruniai seorang anak perempuan setelah 12 tahun menanti. Putri mereka, Sanne El Azhar, lahir pada 14 Juni 2022 dan sejak saat itu menjadi pusat kebahagiaan dalam keluarga kecil mereka.

Menariknya, di tengah banyak pasangan yang ingin memiliki lebih dari satu anak, Dea justru merasa bahwa satu anak sudah cukup baginya. Keputusan ini bukan tanpa pertimbangan. Ada sejumlah alasan pribadi dan medis yang mendasari pilihannya, dan semuanya berakar pada pengalaman hidup serta kesehatan yang ia jalani selama bertahun-tahun.

Setelah melahirkan, Dea menyadari bahwa tanggung jawab sebagai seorang ibu tidaklah ringan. Ia merasa bahwa secara fisik dan mental, dirinya belum memiliki kesiapan untuk kembali menjalani proses kehamilan dan mengasuh bayi kedua. Beban emosional dan energi yang dibutuhkan sangat besar, sehingga ia dan suaminya sepakat untuk tidak menambah momongan dalam waktu dekat, bahkan mungkin selamanya.

Selain itu, saat awal pernikahan, Dea dan Ariel memang sudah menyepakati untuk tidak terburu-buru memiliki anak. Mereka merasa perlu menyelesaikan urusan pribadi dan pertumbuhan masing-masing terlebih dahulu sebelum benar-benar siap menjadi orang tua. Pandangan ini menunjukkan bahwa keduanya memiliki kesadaran penuh akan tanggung jawab besar dalam membesarkan anak.

Keputusan Dea juga sangat dipengaruhi oleh kondisi medis yang cukup kompleks. Ia mengalami gangguan kesehatan pada saluran tuba falopi, yaitu hidrosalping, yang membuatnya tidak bisa hamil secara alami. Untuk itu, ia menjalani tindakan operasi pengangkatan tuba dan memilih program bayi tabung atau IVF sebagai solusi mendapatkan keturunan.

Proses bayi tabung yang ia jalani bukan hanya melelahkan secara fisik, tetapi juga menuntut kekuatan mental yang besar. Selain harus menjalani berbagai suntikan dan prosedur medis, selama kehamilan pertamanya ia juga mengalami komplikasi berupa pengentalan darah. Hal ini membuat kehamilan menjadi lebih berisiko dan penuh kehati-hatian.

Mengingat pengalaman tersebut, Dea merasa tidak sanggup untuk kembali menjalani proses serupa. Risiko dan tekanan yang besar membuatnya merasa cukup dengan satu anak.

Memasuki usia 39 tahun, Dea menyadari bahwa kehamilan di usia matang memiliki risiko kesehatan yang lebih tinggi, baik bagi ibu maupun janin. Ia mempertimbangkan hal ini secara realistis, terlebih karena saat ini dirinya masih belum bisa kembali aktif bekerja secara penuh setelah memiliki anak.

Peran sebagai ibu sangat menyita waktu dan tenaga, sehingga ia belum bisa membagi fokus untuk kembali ke dunia kerja secara total. Hal ini turut memengaruhi keputusannya untuk tidak menambah jumlah anak, karena ia ingin tetap bisa hadir secara maksimal bagi keluarganya, terutama sang anak.

Keputusan Dea untuk tidak menambah anak sama sekali tidak mendapat tekanan dari lingkungan sekitar. Keluarga besar mereka justru sangat mendukung dan tidak pernah menuntut atau bertanya tentang rencana menambah keturunan. Hal ini menjadi hal yang ia syukuri, mengingat banyak pasangan yang sering mendapat tekanan dari keluarga soal jumlah anak.

Ariel, sebagai suami, juga memberikan dukungan penuh. Ia memahami perjuangan Dea dari awal proses IVF hingga masa kehamilan yang penuh tantangan. Karena itu, ia menghargai keputusan sang istri untuk berhenti di satu anak dan memilih menikmati momen bersama keluarga kecil mereka.

Saat ini, Dea dan Ariel memilih untuk fokus menikmati masa pertumbuhan Sanne. Mereka sering menghabiskan waktu bersama untuk menciptakan momen kebersamaan yang berkualitas, sekaligus menjaga keseimbangan antara kehidupan pribadi dan keluarga. (*/lusi)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan