Profil Ferry Irwandi, Mantan ASN Jadi Influencer Kritis DPR

Profil Ferry Irwandi, Mantan ASN Jadi Influencer Kritis DPR. Foto/net--

RADARLABAR.BACAKORAN.CO -Ferry Irwandi kini dikenal luas sebagai influencer sekaligus aktivis yang kerap menyuarakan kritik terhadap DPR maupun pemerintah. Pria asal Jambi itu sebelumnya merupakan aparatur sipil negara (ASN) di Kementerian Keuangan sebelum memilih jalan berbeda di dunia digital.

Dari PNS ke Influencer

Ferry lahir di Jambi pada 16 Desember 1991. Ia bekerja di Kementerian Keuangan selama sepuluh tahun sebagai videografer humas. Namun, pada November 2022 ia memutuskan mundur untuk menekuni dunia konten kreatif.

Sejak 2010, ia aktif di YouTube dengan mengangkat tema politik, keuangan, filsafat stoik, hingga isu sosial. Ia juga vokal menyoroti praktik negatif di dunia digital, termasuk promosi judi online oleh influencer.

Selain itu, Ferry mendirikan Malaka Project, sebuah platform edukasi digital yang mendorong generasi muda berpikir kritis sekaligus memiliki empati sosial. Melalui platform ini, ia menyalurkan beasiswa bagi mahasiswa kurang mampu.

Pendidikan dan Motivasi

Saat kuliah di STAN, Ferry sempat terancam drop out akibat nilai rendah. Namun, ia berhasil bangkit hingga lulus dengan IPK 3,61. Perjalanan akademiknya berlanjut ke jenjang S2 di Central Queensland University, Australia, bahkan proposal disertasinya sempat diterima di Monash University.

Bagi mahasiswa, Ferry kerap menekankan pentingnya menyelesaikan pendidikan dan menggunakan ilmu untuk memberikan dampak nyata, bukan sekadar mengejar nilai tinggi.

Kritik terhadap DPR dan Pemerintah

Dalam beberapa kesempatan, Ferry menyoroti pernyataan politikus yang dianggap memperkeruh situasi unjuk rasa hingga menimbulkan korban jiwa. Ia menilai, pemerintah juga keliru dengan lebih fokus mencari aktor di balik demonstrasi ketimbang membenahi akar persoalan seperti melemahnya daya beli dan terbatasnya lapangan pekerjaan.

Menurut Ferry, kerusuhan yang terjadi merupakan gabungan dari tindakan aparat yang represif dan perilaku massa yang emosional. Ia menegaskan bahwa jatuhnya korban jiwa dalam aksi sejak 25 Agustus bukan sekadar angka, melainkan tragedi kemanusiaan yang meninggalkan luka mendalam bagi keluarga korban.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan