Anjloknya Harga Kopi Diduga Dipicu Penumpukan di Gudang

WARGA saat melakukan penggilingan kopi. Foto dok--
AIRHITAM - Harga jual biji kopi robusta di Kabupaten Lampung Barat kembali mengalami penurunan yang cukup signifikan. Per awal September 2025, harga rata-rata berada di kisaran Rp55.000 per kilogram, turun sekitar Rp10.000 dari harga di akhir Agustus lalu. Penurunan ini mencerminkan fluktuasi pasar yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Rosikin, seorang supplier kopi dari Kecamatan Airhitam, mengungkapkan bahwa pelemahan harga ini sebagian besar dipicu oleh menurunnya permintaan pasar ekspor yang selama ini menjadi tulang punggung distribusi kopi robusta Lampung.
Ia menjelaskan, saat ini pasar online internasional sedang lesu. Permintaan dari luar negeri mengalami penurunan, dan ini sangat berdampak langsung pada harga jual kopi di tingkat petani maupun supplier.
Salah satu penyebab utama penurunan permintaan ekspor, menurut Rosikin, adalah faktor nilai tukar mata uang, terutama antara rupiah dan dolar Amerika Serikat (USD). Fluktuasi nilai tukar yang tidak stabil membuat buyer internasional menahan pembelian atau mengurangi volume impor untuk sementara waktu.
Namun, bukan hanya faktor eksternal yang menjadi penyebab merosotnya harga. Di tingkat lokal, Rosikin menyoroti fenomena penjualan besar-besaran oleh petani saat harga sempat naik beberapa pekan lalu.
“Ketika harga naik, banyak petani langsung menjual hasil panen mereka dalam jumlah besar. Akibatnya, saat ini terjadi penumpukan stok di gudang—baik di tingkat supplier maupun di gudang-gudang besar seperti di wilayah Teluk Bandar Lampung,” terangnya.
Penumpukan stok ini membuat perputaran kopi menjadi lambat, dan secara otomatis menekan harga jual di pasaran. Para pelaku bisnis kopi pun memilih untuk lebih berhati-hati dalam menyerap kopi dari petani, guna menghindari potensi kerugian jika harga terus turun.
Meski begitu, optimisme tetap terjaga di kalangan pelaku usaha. Rosikin menyatakan bahwa penurunan harga ini merupakan bagian dari siklus pasar yang wajar. “Kami masih sangat optimis harga akan kembali naik dalam waktu dekat, terutama setelah stok di gudang mulai terserap dan kembali didistribusikan ke negara tujuan ekspor,” ujarnya.
Dalam menghadapi kondisi ini, ia mengimbau para petani kopi yang masih memiliki simpanan hasil panen untuk tetap menjaga kualitas kopi mereka, khususnya dari segi tingkat kekeringan biji kopi. Kualitas kopi, menurutnya, akan sangat menentukan harga jual ketika pasar kembali membaik.
“Kami sarankan para petani tidak terburu-buru menjual, tetapi juga jangan sampai penyimpanan membuat kualitas kopi menurun. Bila biji kopi disimpan dengan baik, maka saat pasar pulih, harganya pun tetap kompetitif,” pungkas Rosikin.
Situasi ini menjadi pengingat bahwa dinamika pasar kopi memang sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, baik global maupun lokal. Bagi para pelaku di sektor hulu seperti petani, menjaga kualitas produk dan memahami siklus pasar adalah kunci untuk bertahan, bahkan berkembang, di tengah fluktuasi yang kerap terjadi. (rinto/nopri)