Saparua, Permata Maluku Memadukan Pesona Laut

Pulau Saparua salah satu permata Maluku yang memadukan pesona laut. Foto ; Net.--

RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO - Terhampar di gugusan Kepulauan Maluku, Pulau Saparua menyimpan pesona alam dan sejarah yang berpadu harmonis. Meski belum setenar Bali atau Lombok, pulau ini menawarkan pengalaman wisata yang autentik, tenang, dan jauh dari hiruk pikuk wisata massal. Air lautnya biru berkilau, pasir putihnya lembut memantulkan cahaya matahari tropis, sementara masyarakatnya tetap menjaga kehangatan dan tradisi yang diwariskan turun-temurun.

Saparua adalah cermin keindahan timur Indonesia yang belum banyak tersentuh modernisasi, tempat di mana wisatawan dapat menikmati panorama laut sekaligus menelusuri jejak perjuangan masa lampau. Saparua memiliki sejarah panjang yang erat kaitannya dengan masa penjajahan. Di pulau inilah semangat perlawanan rakyat Maluku terhadap kekuasaan kolonial Belanda berakar kuat. Nama Thomas Matulessy, atau yang dikenal sebagai Pattimura, menjadi simbol perjuangan rakyat Saparua.

Dari pulau kecil inilah ia memimpin pertempuran dengan keberanian luar biasa demi menegakkan martabat bangsa. Kisah heroik itu masih terasa hingga kini melalui sejumlah peninggalan bersejarah. Salah satunya Benteng Duurstede, bangunan pertahanan peninggalan Belanda yang berdiri sejak abad ke-17. Dari puncak benteng, pengunjung bisa memandang laut lepas yang seolah menjadi saksi bisu pertempuran masa lalu.

Tak jauh dari lokasi tersebut, terdapat Rumah Pengasingan Pattimura yang kini difungsikan sebagai museum kecil. Di sana tersimpan benda-benda peninggalan pahlawan Maluku tersebut, lengkap dengan narasi sejarah perjuangan rakyat Saparua melawan penjajahan.

Untuk mengunjungi pulau ini, wisatawan perlu terlebih dahulu menempuh perjalanan menuju Ambon, ibu kota Provinsi Maluku. Penerbangan ke Bandara Pattimura Ambon tersedia dari kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, maupun Makassar. Dari Ambon, perjalanan dilanjutkan menuju Pelabuhan Tulehu, yang menjadi titik keberangkatan kapal menuju Saparua.

Waktu tempuh perjalanan laut sekitar satu setengah hingga dua jam menggunakan kapal feri, tergantung kondisi ombak. Selama perjalanan, wisatawan dapat menikmati panorama laut yang memukau, dengan angin sepoi-sepoi yang menambah kesan damai menuju pulau tujuan.

Sesampainya di Pulau Saparua, wisatawan akan disambut oleh deretan pantai berpasir putih yang membentang di tepi laut biru jernih. Salah satu yang paling terkenal adalah Pantai Haria, yang menonjol dengan gradasi warna air laut biru kehijauan serta ombak yang tenang, ideal untuk berenang atau bermain air. Tak kalah menawan, Pantai Kulur menghadirkan suasana lebih sunyi dan alami. 

Letaknya yang relatif terpencil membuat pantai ini cocok bagi pencinta ketenangan, terutama saat menikmati matahari terbenam yang menyinari cakrawala dengan semburat jingga keemasan. Sementara itu, Pantai Siri-Sori menjadi favorit bagi pengunjung yang ingin menikmati panorama laut dengan latar pegunungan. Keindahannya terasa semakin sempurna saat senja tiba, ketika cahaya matahari berpadu dengan warna air laut yang lembut.

Selain pantai-pantai tersebut, Saparua juga memiliki pesona bawah laut yang memikat hati para penyelam. Salah satu lokasi yang wajib dikunjungi adalah Pantai Paperu, yang dikenal memiliki terumbu karang alami dan aneka biota laut berwarna-warni. Aktivitas snorkeling atau menyelam di kawasan ini memberikan pengalaman tak terlupakan. Selain itu, Teluk Saparua juga menawarkan keindahan serupa dengan air laut yang sangat jernih.

Waktu terbaik untuk menikmati snorkeling di teluk ini adalah pagi hingga siang hari, saat sinar matahari menembus permukaan air dan memperlihatkan kehidupan bawah laut secara jelas. Tak jauh dari sana, Pulau Molana menyuguhkan daya tarik tambahan berupa perairan dangkal yang dipenuhi terumbu karang, yang bisa dijelajahi dengan menyewa perahu dari nelayan setempat.

Selain terkenal karena keindahan alamnya, Saparua juga memiliki kehidupan sosial dan budaya yang masih sangat kental. Salah satu tradisi yang masih dijalankan hingga kini adalah Upacara Cuci Negeri, ritual adat yang mencerminkan rasa syukur dan penghormatan kepada leluhur. Tradisi ini dilakukan setiap tahun, biasanya pada bulan Mei, dan melibatkan seluruh warga desa.

Melalui upacara ini, masyarakat berharap kampung mereka terbebas dari hal-hal buruk dan tetap diberkahi. Suasana perayaan berlangsung meriah, diiringi musik tradisional dan doa bersama yang penuh makna spiritual.

Perjalanan ke Pulau Saparua tidak lengkap tanpa mencicipi sajian kuliner khas Maluku. Hidangan Papeda, bubur sagu yang disajikan bersama ikan kuah kuning, menjadi menu andalan yang wajib dicoba. Teksturnya lembut berpadu dengan rasa gurih dan segar dari kuah ikan berpadu rempah. Tak kalah populer, Ikan Asar, yaitu ikan cakalang atau tuna yang dibakar secara tradisional, memberikan sensasi rasa smoky yang khas.

Biasanya hidangan ini disantap bersama sambal dabu-dabu yang pedas segar. Sebagai camilan atau buah tangan, wisatawan dapat mencoba Sagu Lempeng, kudapan renyah berbahan sagu yang menjadi favorit masyarakat setempat. Pulau Saparua adalah perpaduan sempurna antara keindahan alam, nilai sejarah, dan kekayaan budaya. Di sini, wisatawan dapat menikmati pantai eksotis, menyelam di laut jernih, sekaligus menelusuri kisah perjuangan rakyat Maluku.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan