Dampak Perang Dua Tahun di Gaza: Ribuan Korban Jiwa

Buldoser mulai membersihkan puing-puing di Gaza setelah gencatan senjata antara Israel dan Hamas disepakati. Ilustrasi. Foto REUTERS--

RADARLAMBARBACAKORAN.CO – Gencatan senjata sementara antara Israel dan Hamas awal Oktober 2025 menandai fase awal rencana perdamaian yang dimediasi Amerika Serikat. Meski demikian, warga Gaza masih menghadapi penderitaan hebat akibat dua tahun perang yang meninggalkan kehancuran total, krisis kemanusiaan, dan ribuan korban jiwa.

Data resmi Kementerian Kesehatan Palestina mencatat lebih dari 68.000 orang tewas dan sekitar 170.200 luka-luka, termasuk 20.000 anak-anak. Namun, angka ini kemungkinan hanya sebagian kecil dari kenyataan. Ribuan lainnya masih tertimbun di reruntuhan, tewas akibat kelaparan, kekurangan obat, dan blokade yang memutus akses air bersih serta bahan bakar. PBB menyebut kondisi Gaza sebagai ‘genosida modern’.

Sejak gencatan senjata diumumkan, Israel menyerahkan 135 jenazah warga Palestina, banyak di antaranya menunjukkan tanda-tanda penyiksaan dan mutilasi. Laporan Komisi Penyelidikan Independen PBB menegaskan tindakan genosida yang dilakukan Israel di Gaza, dan menyerukan Mahkamah Internasional menindaklanjuti kasus ini.

Proyek ACLED mencatat lebih dari 67.900 kematian akibat kekerasan politik antara 7 Oktober 2023 hingga 3 Oktober 2025, hampir sesuai laporan resmi Gaza, meski jumlah sebenarnya diperkirakan jauh lebih tinggi. Sistem pencatatan kematian yang lumpuh akibat serangan Israel terhadap fasilitas kesehatan membuat banyak korban tewas di rumah atau reruntuhan tidak tercatat resmi.

Blokade Israel juga memicu bencana kelaparan buatan manusia, menyebabkan setidaknya 463 kematian akibat malnutrisi, termasuk 157 anak-anak. Survei Mortalitas Gaza (GMS) memperkirakan total kematian antara Oktober 2023 hingga Januari 2025 mencapai 84.000 jiwa, termasuk korban tidak langsung akibat kelaparan, penyakit, dan kekurangan obat. Lebih dari separuh korban adalah perempuan, anak-anak, dan lansia.

 

Meski gencatan senjata diterapkan, serangan sporadis masih terjadi, menyulitkan tim penyelamat mengevakuasi jenazah. PBB dan lembaga HAM internasional memanfaatkan jeda ini untuk menilai skala kehancuran Gaza, walau risiko investigasi tetap tinggi.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan