RAMADHAN EDUKASI MENJALANI KE SABARAN MERAIH DERAJAT KETAQWAAN
Ustad H Abdul Ghani--
OLEH : USTAD HI.ABDUL GHANI
Umat Islam sekarang sedang menjalankan ibadah puasa dan ibadah lainnya di Bulan Ramadhan. Al-Quran telah mengingatkan kepada kita supaya pandai menempatkan diri sebagai hamba Allah yang beriman di muka bumi yang fana ini. Allah SWT memberikan berbagai kendali untuk kehidupan kita ini, agar kita selamat dan terhindar dari berbagai malapetaka dalam hidup ini, di antaranya adalah firman Allah SWT: “Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu`, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya (Al-Baqarah: 45-46).
Imam Ghazali dalam Ihya ‘Ulumuddin menjelaskan tentang sabar ini, paling tidak manusia harus memiliki: 1) Sabar dalam melaksanakan ketaatan dan pengabdian kepada Allah SWT; 2) Sabar dalam menerima segala bentuk cobaan dan musibah dalam hidup; 3) Sabar dalam menghindarkan diri dari berbagai cobaan, ujian dan tipu daya kehidupan duniawi; serta 4) Sabar dalam menghadapi segala bentuk dosa dan kemaksiatan.
Mengendalikan diri dengan kesabaran ini juga merupakan salah satu dari hikmah disyari’atkannya puasa di Bulan Ramadhan. Puasa mendidik kita untuk sabar dalam mengendalikan hawa nafsu. Perut besar merupakan tempat bersarangnya maksiat, jika kita kendalikan lewat proses ibadah puasa, maka langkah hidup ini akan menjadi lurus. Karena itu, jangan sampai kita berpuasa seperti orang yang dendam; siang kita mengendalikan nafsu, tapi begitu Maghrib nafsu kita turuti. Begitu bedug Maghrib berbunyi jadi mirip bendungan pecah, semua isi meja makan tumpah ke perut. Rasulullah bersabda, ”Tidaklah kalian beriman sehingga hawa nafsumu dapat dikendalikan dengan ajaran agama yang saya bawa.” (HR. Thabrani)
Puasa juga melatih kita sabar untuk hidup sederhana. Orang yang paling kaya itu sebenarnya orang yang hidupnya cukup, sedangkan orang miskin adalah orang yang kebutuhannya kelewat banyak tak pernah ada batasnya. Maka logis jika Allah Maha Kaya, sebab Dia tidak butuh apa-apa. Ketika berpuasa terutama di siang hari jam 1-3 siang, jangankan makanan enak, dalam bayangan kita, saat itu makanan yang biasa saja akan terlihat nikmat. Kita juga sering menumpuk makanan dan minuman memenuhi meja makan. Tapi ketika saat buka tiba, ternyata dengan seteguk air, sepotong roti, tiga butir kurma, sepiring nasi, rasanya sudah kenyang. Kalau kita renungi lebih dalam lagi, ternyata kebutuhan perut kita tidak sebanyak yang kita tumpuk dan kita kumpulkan. Kesadaran seperti itulah yang menjadi dasar dari pola hidup sederhana.
Dalam Alquran tertulis janji Allah, ''Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan (saja) mengatakan: Kami telah beriman, lantas tidak diuji lagi? Sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan mengetahui orang-orang yang dusta'' (QS Al Ankabut: 2-3).
"Jika Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka Dia menyegerakan hukuman di dunia. Jika Allah menghendaki keburukan bagi hamba-Nya, maka Dia menahan hukuman kesalahannya sampai disempurnakan nya pada hari Kiamat'' (HR Imam Ahmad, At Turmidzi, Hakim, Ath Thabrani, dan Baihaqi).
Suatu ketika seorang laki-laki bertemu dengan seorang wanita yang disangkanya pelacur. Dengan usil, lelaki itu menggoda si wanita sampai-sampai tangannya menyentuh tubuhnya. Atas perlakuan itu, si wanita pun marah. Lantaran terkejut, lelaki itu menoleh ke belakang, hingga mukanya terbentur tembok dan ia pun terluka. Pascakejadian, lelaki usil itu pergi menemui Rasulullah dan menceritakan pengalaman yang baru saja dialaminya. Rasulullah SAW berkomentar, ''Engkau seorang yang masih dikehendaki oleh Allah menjadi baik''. Setelah itu, Rasul mengucapkan hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mughaffal.
Dalam riwayat At Turmidzi, hadis itu disempurnakan dengan lafadz sebagai berikut, ''Dan sesungguhnya Allah, jika Dia mencintai suatu kaum, Dia menguji mereka. Jika mereka ridha, maka Allah ridha kepadanya. Jika mereka benci, Allah membencinya''. Kecintaan Allah kepada hamba-Nya di dunia tidak selalu diwujudkan dalam bentuk pemberian materi atau kenikmatan lainnya. Kecintaan Allah bisa berbentuk musibah atau ujian Doa kita di bulan Ramadhan ini semoga kesabaran yang kita jalankan dengan ikhlas mengharap Ridho Allah, digolongkan kita termasuk orang yang akan diangkat derajat ketaqwaan disisi Alloh SWT. (*)