Kegemaran mengoleksi emas tidak hanya untuk estetika, namun transaksi perdagangan. Sejarah juga Perkembangannya tahun 2021 mencatat bahwa, masyarakat Jawa kuno lazim menggunakan emas dalam transaksi perdagangan pada pasar. Akan tetapi, transaksi melalui emas digunakan dalam skala yang besar, seperti jual-beli tanah.
Kaitan antara masyarakat Jawa dan emas juga kerap menjadi sorotan penjelajah asing. Ketika berkunjung ke Jawa, penjelajah China kaget melihat raja yang hidup dengan penuh kemewahan. Seperti diceritakan di Nusantara dalam Catatan Tionghoa pada tahun 2009, penjelajah China itu melihat emas bertaburan di sekitar sang raja. Ketika makan saja mereka menggunakan peralatan berbahan dari emas.
Sementara penjelajah Eropa Tome Pires dalam Suma Oriental (1944) juga berkata demikian. Ketika mengunjungi Jawa tahun 1513 dirinya melihat raja Jawa yang sangat penuh dengan kekayaan. Penampilannya dari atas sampai kebagian bawah full menggunakan emas. para pengawal juga anjing peliharaan pun memakai kalung serta gelang dari emas.
Meski hobi memakai emas, mereka tak bisa mendapatnya di Pulau Jawa. Jadi, agar memperolehnya para penduduk biasa mengimpor emas dari bagian Sumatera, pulau yang memang disebut sebagai 'Surganya Emas'. Atau mereka bisa mendapatnya dari India.
Seiring waktu, kebiasaan menggunakan emas terus berlanjut. akan tetapi, Ketika runtuhnya kerajaan kuno juga kemunculan kolonialisme, terjadilah perubahan pada pola hidup. perhiasan emas tersebut kemudian menjadi harta karun yang menjadi terpendam. Barang tersebut tertimbun di bawah tanah hak itulah yang terus menjadi objek pemburu harta karun.Pada akhirnya, emas kerajaan ditemukan dengan skala besar di Wonoboyo. Harta karun Wonoboyo kemudian disimpan di Museum Nasional di Jakarta.(*)