Radarlambar.Bacakoran.co – Kebijakan proteksionisme yang diusung Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump diprediksi membawa dampak bagi perekonomian global, termasuk Indonesia. Meski kebijakan tarif impor tinggi berpotensi menghambat ekspor Indonesia ke AS, ada peluang bagi Indonesia untuk memperluas pasar ekspornya ke negara lain serta menarik lebih banyak investasi asing.
Peneliti dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Sahara, menyebut bahwa kebijakan ini dapat membuka peluang peningkatan ekspor Indonesia ke negara-negara selain AS. Berdasarkan perhitungan CORE, kebijakan proteksi Trump yang menerapkan tarif impor 60 persen terhadap China dan 10 persen terhadap negara mitra dagang lainnya, berpotensi meningkatkan ekspor Indonesia sebesar 0,0427 persen.
Selain itu, produk domestik bruto (PDB) Indonesia juga diperkirakan akan mengalami kenaikan sebesar 0,0020 persen akibat perubahan arus perdagangan global. Namun, beberapa sektor ekspor utama Indonesia seperti produk kulit, sepatu, dan tekstil tetap akan terkena dampak negatif dari tarif tinggi AS.
Di sisi lain, Indonesia memiliki peluang untuk menarik tambahan investasi dari perusahaan-perusahaan yang mencari alternatif pasar akibat ketegangan dagang antara AS dan China. Namun, untuk dapat bersaing dengan negara lain seperti Vietnam, Indonesia perlu meningkatkan daya saingnya, terutama dalam hal kemudahan berusaha dan produktivitas tenaga kerja.
Vietnam disebut sebagai salah satu negara yang paling diuntungkan dari relokasi industri akibat kebijakan proteksionisme Trump. Keunggulan Vietnam dalam kemudahan berusaha dan tenaga kerja yang lebih produktif menjadikannya tujuan utama bagi investor global.
Agar dapat memanfaatkan peluang ini, pemerintah Indonesia perlu melakukan berbagai reformasi, termasuk penyederhanaan regulasi investasi dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dengan langkah yang tepat, Indonesia dapat mengambil manfaat dari perubahan dinamika ekonomi global akibat kebijakan proteksi Trump. (*)