Warisan Budaya, Ini Deretan Upacara Adat di Nusa Tenggara Timur

Selasa 28 Jan 2025 - 14:54 WIB
Reporter : Budi Setiawan
Editor : Yogi Astrayuda

Radarlambar.Bacakoran.co - Nusa Tenggara Timur (NTT) terkenal tidak hanya karena keindahan alamnya yang memukau, tetapi juga karena warisan budaya yang kaya dan terus hidup dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Terletak di antara Laut Flores di utara dan Samudra Hindia di selatan, NTT terdiri dari berbagai pulau dengan keberagaman budaya yang khas. Salah satu aspek yang paling menarik dari budaya NTT adalah berbagai upacara adat yang masih dilaksanakan hingga kini. Upacara-upacara ini tidak hanya memiliki tujuan spiritual, tetapi juga berfungsi sebagai cara untuk merayakan hubungan yang kuat antara manusia, alam, dan leluhur.

 

Salah satu upacara yang cukup dikenal adalah Upacara Penti, yang dirayakan oleh masyarakat Manggarai. Upacara ini merupakan ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah dan diadakan setiap tahun. Masyarakat mempersembahkan hewan kurban, seperti babi jantan dan ayam jantan, sebagai simbol penghormatan kepada alam dan Tuhan. Penti juga memiliki makna penting sebagai doa agar panen di tahun berikutnya dapat sukses, dan merupakan tradisi yang sangat dihormati oleh masyarakat Manggarai.

 

Selain itu, Upacara Reba yang dirayakan oleh masyarakat Ngada merupakan perayaan yang tidak kalah penting. Upacara ini menyambut tahun baru adat dan menjadi ajang untuk mengungkapkan rasa terima kasih atas hasil bumi yang diberikan sepanjang tahun. Reba juga mengajarkan nilai-nilai penting seperti kebersamaan, gotong royong, dan persatuan, yang semakin memperkuat ikatan antarwarga dalam komunitas.

 

Di Alor, terdapat upacara Diwingtang Med Harabapaha Onglamolingpaha Maleling Bala Arahama, yang memiliki tujuan untuk menolak bala atau musibah. Masyarakat Alor meyakini bahwa benda pusaka, seperti gong dan moko, memiliki kekuatan untuk melindungi mereka dari bahaya. Upacara ini melibatkan berbagai ritual, seperti doa dan persembahan hewan kurban, yang diadakan sebagai permohonan perlindungan dari Tuhan dan leluhur.

 

Upacara Lepa Bura, yang dilaksanakan oleh masyarakat Lamaholot, merupakan ritual untuk menyambut panen padi. Meskipun sudah dipengaruhi oleh ajaran agama Katolik, esensi dari upacara ini tetap terjaga. Lepa Bura menjadi cara bagi masyarakat untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan dari Tuhan, sambil menghormati hubungan mereka dengan alam dan leluhur.

 

Sementara itu, upacara Elkoil Oot diadakan sebagai upaya untuk memanggil hujan ketika daerah tersebut menghadapi kekeringan. Dengan menggunakan gong pusaka, yang dipercaya memiliki kekuatan magis, masyarakat NTT berharap agar hujan segera datang dan memberikan keberkahan bagi tanah mereka.

 

Salah satu ritual khas yang paling menarik adalah Upacara Zairo, yang dilaksanakan oleh masyarakat Sumba. Upacara ini dilakukan ketika hasil panen padi gagal, yang dipercaya disebabkan oleh sambaran petir. Masyarakat melakukan ritual untuk memohon maaf kepada Dewi Padi dan meminta agar tanaman mereka diberkati agar tidak ada bencana berlanjut. Upacara ini melibatkan doa, persembahan, dan kegiatan yang melibatkan seluruh komunitas.

 

Di Sumba, terdapat pula Pasola, sebuah upacara yang melibatkan pemuda yang menunggang kuda dan melempar lembing sebagai bagian dari ritual untuk menghormati Marapu dan memohon kemakmuran. Pasola menjadi simbol penting dari kepercayaan masyarakat Sumba dan selalu menarik perhatian banyak orang, baik dari dalam maupun luar daerah.

Kategori :