Mengapa Indonesia Harus Mengimpor Gas Elpiji?

Jumat 07 Feb 2025 - 12:00 WIB
Reporter : Lusiana Purba
Editor : Budi Setiawan

RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO - Gas elpiji (LPG) mengalami kelangkaan di beberapa wilayah Indonesia, meskipun gas ini merupakan salah satu kebutuhan penting untuk rumah tangga, terutama untuk memasak. 

Kelangkaan ini memunculkan kecemasan di kalangan masyarakat, terutama bagi mereka yang sangat bergantung pada elpiji untuk kebutuhan sehari-hari, seperti memasak di dapur atau untuk usaha jualan.

Masalah kelangkaan gas elpiji semakin terasa setelah Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, memberlakukan larangan penjualan LPG 3 kg melalui pengecer mulai 1 Februari 2025. 

Kebijakan ini ternyata malah menambah kebingungannya, dengan antrean panjang yang terjadi di berbagai daerah. Bahkan, dikabarkan ada seorang warga yang meninggal akibat kelelahan setelah menunggu dalam antrean panjang.

 

Mengapa Indonesia Perlu Mengimpor LPG?

Mengutip informasi dari Buku Jargas yang diterbitkan oleh Kementerian ESDM, produksi LPG domestik Indonesia saat ini hanya sekitar 1,4 juta metrik ton per tahun, sementara kebutuhan nasional mencapai sekitar 5 juta metrik ton per tahun. 

Hal ini membuat Indonesia tetap harus mengimpor LPG, yang menyebabkan pengeluaran devisa dan menjadi beban bagi pemerintah karena harga LPG yang disubsidi.

Meski Indonesia memiliki cadangan gas alam yang cukup melimpah, terutama dalam bentuk LNG (Liquefied Natural Gas), gas ini justru banyak diekspor ke luar negeri. 

LNG adalah gas yang lebih banyak mengandung metana dan etana dan memiliki suhu pencairan yang sangat rendah (sekitar -150°C hingga -200°C), yang membuatnya memerlukan fasilitas khusus untuk pengolahan dan distribusi.

 

Mengapa LNG Tidak Bisa Langsung Digunakan Seperti LPG?

Pengembangan LNG memerlukan infrastruktur yang rumit dan mahal, termasuk kilang yang dapat mencairkan gas hingga suhu yang sangat rendah serta fasilitas regasifikasi untuk mengubahnya kembali menjadi gas yang dapat digunakan. 

Selain itu, distribusi LNG memerlukan jaringan pipa besar yang memadai dan tidak bisa dipasang dalam tabung seperti LPG.

Meskipun LNG melimpah di Indonesia, pengolahan dan distribusinya memerlukan investasi yang sangat besar dibandingkan dengan LPG, yang lebih praktis untuk digunakan oleh rumah tangga. 

Kategori :