Israel Kerahkan Puluhan Ribu Tentara Cadangan, Gaza Bersiap Hadapi Serangan Baru

Selasa 06 May 2025 - 14:22 WIB
Reporter : Nopriadi
Editor : Nopriadi

Radarlambar.bacakoran.co -Ketegangan di Jalur Gaza kembali meningkat setelah Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengumumkan pengerahan puluhan ribu tentara cadangan untuk memperluas dan memperkuat operasi militernya.

IDF telah merancang serangkaian serangan yang ditargetkan ke berbagai wilayah di Gaza, termasuk penghancuran infrastruktur penting, baik yang berada di permukaan maupun yang tersembunyi di bawah tanah. Operasi ini menjadi sinyal kuat bahwa Israel siap melancarkan gelombang serangan baru dalam skala besar, yang berpotensi memperparah krisis kemanusiaan di wilayah tersebut.

Pemerintah Israel secara resmi sudah menyetujui perluasan operasi militer hanya asaja pelaksanaannya diperkirakan bakal ditunda hingga usai kunjungan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang dijadwalkan berlangsung pekan depan. Kendati begitu ketegangan di dalam negeri Israel mulai terlihat, terutama dari kalangan tentara cadangan yang merasa lelah setelah beberapa kali dipanggil untuk bertugas sejak konflik dimulai.

Banyak dari mereka kini mendesak pemerintah agar segera mencari jalan damai dan memprioritaskan negosiasi untuk pembebasan sandera. Dalam beberapa pekan terakhir, ribuan tentara dan warga sipil telah turun ke jalan dalam aksi protes besar-besaran, menyerukan diakhirinya pertempuran.

Sementara itu, upaya internasional untuk mencapai gencatan senjata masih menemui jalan buntu. Sejak kegagalan gencatan senjata dua bulan lalu, belum ada perkembangan berarti dalam pembebasan 59 sandera yang masih berada di tangan Hamas. Selama periode tersebut, Israel terus menggempur wilayah Gaza dan berhasil menguasai sebagian besar wilayah, memaksa ratusan ribu warga sipil mengungsi.

Situasi kemanusiaan di Gaza kini semakin memburuk akibat blokade bantuan yang berlangsung lebih dari dua bulan. Warga mengalami kelangkaan makanan, air bersih, dan obat-obatan. Sejumlah lembaga kemanusiaan internasional bahkan menyebut kondisi ini berpotensi menjadi pelanggaran berat terhadap hukum humaniter internasional.

Di tengah krisis ini, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu terus menuai kritik. Ia dituduh menghambat proses negosiasi dan memanjangkan konflik demi keuntungan politik. Meski operasi militer telah berlangsung hampir 19 bulan, Netanyahu belum memaparkan rencana konkret mengenai masa depan Gaza setelah perang berakhir.

Menurut data terbaru dari Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas, jumlah korban jiwa akibat serangan Israel telah mencapai lebih dari 52 ribu orang, dengan ratusan lainnya terluka hanya dalam satu hari terakhir. Konflik ini bermula dari serangan besar Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan lebih dari seribu orang dan menyebabkan ratusan lainnya disandera.

Dengan situasi yang semakin memanas dan belum ada kejelasan mengenai arah penyelesaian, Gaza kini berada di ambang babak baru konflik yang bisa membawa dampak jauh lebih besar, baik secara regional maupun global. (*)


Kategori :