Musim Panen Diterpa Teror Harimau, Warga Diminta Tak Pergi Sendiri ke Kebun

Senin 14 Jul 2025 - 19:00 WIB
Reporter : Edi Prasetya
Editor : Lusiana Purba

BATUBRAK – Pasca peristiwa serangan harimau sumatera yang menewaskan seorang warga di Pemangku Kali Pasir, Pekon Sukabumi, Kecamatan Batubrak, Kabupaten Lampung Barat hingga kini lokasi kejadian dan sekitarnya masih steril dari aktivitas masyarakat. Ketakutan masih membayangi warga di tengah musim panen kopi yang sedang berlangsung.

Camat Batubrak, Ruspel Gultom, saat dikonfirmasi, Senin (14/7/2025), menyampaikan bahwa belum ada aktivitas masyarakat di kebun sekitar lokasi serangan. Masyarakat memilih menahan diri, menunggu kondisi benar-benar aman sebelum kembali berkegiatan.

“Situasi di lapangan masih sangat sepi. Warga belum berani kembali ke kebun, apalagi setelah adanya kabar terakhir yang begitu mengejutkan,” ujar Ruspel.

Namun, mengingat saat ini merupakan puncak panen kopi komoditas utama masyarakat, pihak kecamatan telah memberikan imbauan khusus bagi warga yang dalam waktu dekat harus kembali ke kebun untuk memanen hasil.

“Kami mengimbau masyarakat agar tidak pergi sendiri ke kebun, melainkan berkelompok, minimal dua atau tiga orang. Selain itu, waktu keberangkatan dan kepulangan juga harus diperhatikan,” kata Ruspel.

Ia menjelaskan, berdasarkan koordinasi dan kajian dari berbagai sumber, termasuk pihak konservasi dan pengalaman lapangan, harimau umumnya aktif berburu pada pagi hari sebelum pukul 10.00 WIB dan sore hari mulai pukul 15.00 WIB. Oleh karena itu, masyarakat dianjurkan untuk beraktivitas di kebun di luar waktu tersebut.

“Waktu paling aman ke kebun adalah di atas pukul 10.00 pagi dan kembali sebelum pukul 3 sore. Kami mohon ini dipatuhi demi keselamatan bersama,” tegasnya.

Lebih lanjut, pihak kecamatan juga meminta warga untuk tetap melapor jika menemukan jejak atau tanda-tanda keberadaan satwa liar di sekitar kebun, agar segera dapat diteruskan kepada pihak terkait seperti BKSDA atau aparat keamanan.

“Keselamatan warga adalah prioritas utama. Kami juga masih menunggu langkah konkret dari pihak-pihak berwenang untuk penanganan jangka panjang agar konflik satwa dan manusia ini tidak terus berulang,” tutup Ruspel.

Seperti diketahui, korban terakhir, Misni (62), ditemukan meninggal dunia dengan luka bekas gigitan hewan buas. Peristiwa ini menambah daftar panjang konflik manusia dan satwa liar di kawasan hutan penyangga TNBBS. Hingga kini, total serangan harimau dalam 1,5 tahun terakhir di Lampung Barat tercatat telah menelan enam korban jiwa. (edi/lusiana)

 

Kategori :