Radarlambar.bacakoran.co- U Myint Swe, Presiden Myanmar yang ditunjuk oleh junta militer, meninggal dunia pada Kamis pagi (7/8/2025) di usia 74 tahun. Kabar ini diumumkan langsung oleh pihak junta, yang menyatakan pemakaman akan dilakukan secara kenegaraan.
U Myint Swe dikenal sebagai mantan jenderal senior yang ditunjuk sebagai pelaksana tugas presiden setelah kudeta militer menggulingkan pemerintahan sipil Aung San Suu Kyi pada Februari 2021. Kudeta tersebut menandai dimulainya kembali kekuasaan militer secara terbuka dan memicu perang saudara berkepanjangan yang melibatkan kelompok pro-demokrasi, etnis bersenjata, serta berbagai milisi lokal.
Dalam struktur kekuasaan pasca-kudeta, peran U Myint Swe bersifat seremonial, sementara kendali penuh pemerintahan berada di tangan Panglima Angkatan Bersenjata Jenderal Min Aung Hlaing. Pada Juli 2025, Min Aung Hlaing secara resmi mengambil alih posisi seremonial U Myint Swe setelah kondisi kesehatan presiden sementara itu menurun drastis akibat komplikasi penyakit Parkinson.
Menurut laporan media pemerintah, kondisi kesehatan U Myint Swe memburuk dalam beberapa pekan terakhir. Ia mengalami penurunan berat badan ekstrem, kehilangan nafsu makan, demam berkepanjangan, serta penurunan fungsi kognitif yang membuatnya harus dirawat intensif di rumah sakit di ibu kota Naypyidaw.
U Myint Swe sempat menjabat sebagai Wakil Presiden di era pemerintahan Aung San Suu Kyi, sebelum akhirnya menduduki posisi simbolik sebagai kepala negara setelah kudeta. Perannya dalam pemerintahan militer yang menggantikan kepemimpinan sipil membuatnya menjadi figur yang kontroversial, terutama di kalangan pro-demokrasi yang hingga kini terus berjuang di tengah represi aparat.
Sejak kudeta 2021, Myanmar memasuki masa transisi penuh gejolak. Protes besar-besaran di kota-kota utama ditanggapi dengan tindakan represif aparat keamanan, mendorong banyak aktivis untuk melanjutkan perlawanan melalui jalur gerilya di wilayah pedalaman.
Pekan lalu, Jenderal Min Aung Hlaing secara resmi mengakhiri status darurat nasional yang diberlakukan sejak kudeta. Ia juga mengumumkan rencana penyelenggaraan pemilihan umum pada Desember mendatang sebagai langkah menuju "rekonsiliasi nasional." Namun banyak pihak menilai rencana tersebut lebih bersifat kosmetik, mengingat para pemimpin oposisi sipil termasuk Aung San Suu Kyi masih berada dalam tahanan dan ruang politik sipil terus dibungkam.
Kematian U Myint Swe menambah satu babak baru dalam dinamika kekuasaan junta Myanmar, yang kini menghadapi tekanan domestik maupun internasional untuk mengembalikan jalannya pemerintahan sipil.(*)