BALIKBUKIT - Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak) Kabupaten Lampung Barat mencatat, total luas lahan kakao mencapai 911 hektar yang tersebar di tiga kecamatan itu, dari luas lahan yang ada saat ini produksi kakao bisa mencapai 1.094 ton pertahun.
Disbunnak meyakini dengan potensi yang ada, kakao sebagai salah satu komoditi yang bisa menjadi komoditi unggulan di kabupaten setempat.
Kepala Disbunnak Lampung Barat Yudha Setiawan mengatakan, beberapa hal yang menyebabkan terjadinya penurunan tingkat produktivitas kopi di Kabupaten Lampung Barat yang selama ini di kenal sentranya kopi robusta di Lampung salah satunya yaitu faktor iklim yang kerap berubah.
”Selain kopi, biji kakao yang menjadi asal muasal cokelat ini merupakan salah satu komoditi unggulan yang saat ini mulai di kembangkan oleh pihaknya, terlebih di sejumlah Kecamatan di Lampung Barat sudah menjadi sentra penghasil kakao yang tinggi,” ungkapnya.
Dijelaskan, kakao meski saat ini belum menjadi prioritas dari Provinsi tetapi pada tahun 2022 lalu wilayah Lampung Barat sudah dijadikan wilayah oleh kementerian pertanian dalam pembuatan peta kebun kakao.
Ada tiga kecamatan yang menjadi daerah penghasil kakao terbesar di Lampung Barat yang cukup potensial untuk dikembangkan dan di bantu oleh beberapa faktor pendukung termasuk cuaca, yaitu Kecamatan Suoh, Bandar Negeri Suoh dan Lumbok Seminung.
"Upaya yang sudah dan sedang dilakukan adalah bagaimana supaya di tiga kecamatan tersebut menjadi prioritas di Provinsi Lampung dan Kementerian Pertanian bahwa di Lampung Barat ini tidak hanya ada kopi tetapi ada komoditi unggulan lain yaitu kakao," imbuhnya.
Yudha menyampaikan bahwa jika dikelola secara disiplin Kakao memiliki potensi yang besar untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, karena masa panen yang terbilang cepat dan memiliki nilai ekonomi tinggi sehingga sangat layak untuk di kembangkan.
"Misalnya di Suoh rata-rata masyarakat disana didekat rumah ataupun di kebun pasti menanam kakao, karena ketika sudah buah masa panen nya mingguan namun tentu dengan perawatan yang dilakukan harus disiplin dan teratur agar hasilnya juga maksimal," tambahnya.
Bahkan dalam rangka membantu meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) untuk membantu meningkatkan produktifitas kakao, dinas terkait pernah mengajukan lima orang petani kakao yang ada di Kecamatan BNS untuk mengikuti pelatihan dokter kakao.
Kelima petani tersebut yaitu Sambodo, Edi Santoso, Suprapto, Imam Basori, dan Rohimin, kelimanya merupakan masyarakat yang selama ini konsisten mengembangkan kakao di wilayah masing-masing.
Setelah lulus dari pelatihan tersebut nantinya mereka akan mendapatkan gelar dokter kakao yang tugasnya mendampingi petani kakao dalam mengembangkan dan meningkatkan hasil produksi kakao.
"Tugas mereka nanti membantu mendampingi para petani kakao dalam mengelola, mengembangkan serta meningkatkan produktifitas kakao agar para petani kakao di wilayah mereka lebih sejahtera," tandasnya. (*)