PAGARDEWA - Pasukan emak-emak, yang di komandoi Peratin Sidodadi, Kecamatan Pagardewa, Kabupaten Lampung Barat (Lambar) Anilah Rahmayanti, melaksanakan rutinitas mingguan yakni gotong royong Jum'at Bersih dengan melakukan pemeliharaan dan penataan lingkungan dan fasilitas umum seperti jalan.
Keterlibatan perempuan dalam gotong royong pekon di pekon itu merupakan tradisi dalam peran membantu kaum pria, sehingga kegiatan rutin masing-masing terap dapat berjalan mengingat semua Kepala Keluarga (KK) berprofesi sebagai petani.
Anilah mengatakan, gotong royong atau kerja menggunakan cangkul, arit dan peralatan pertanian, perkebunan oleh kaum hawa bukan sesuatu yang aneh dalam kehidupan masyarakat setempat. Lantaran memang profesi sehari-hari ya ke kebun kopi atau ke sawah.
Dan atas peran serta kaum perempuan dalam kegiatan pekon sebagaimana goto g royong rutin mingguan itu pihaknya mengucapkan terimakasih. Sehingga semua fasilitas dapat terjaga dan di gunakan walaupun sebagian besar masih belum tersentuh pembangunan permanen.
Diakuinya, diintensifkan gotong royong terutama pemeliharaan badan jalan bukan semata-mata sebagai bentuk kebersamaan dan peran serta masyarakat dalam memelihara budaya yang merupakan warisan leluhur tersebut.
Melainkan betul-betul karena keutuhan yang mendasar untuk tidak menghentikan aktifitas warga, lantaran mayoritas akses jalan. Khususnya jalan utama pekon yang merupakan jalan kabupaten belum tersentuh pembangunan. Seperti dari Pekon Basungan sepanjang Tujuh Kilometer (KM) Dan dari Pekon Batu Api sepanjang Empat kilometer masih berupa jalan tanah merah.
Dan ketika musim hujan seperti sekarang ini, tergerus air hujan, ketika tidak di rawat maka merusak badan jalan dengan ancaman tidak dapat dilintasi kendaraan. "Jika akses jalan tidak dapat dilintasi atau sulit dilalui dampaknya sangat besar seperti kenaikan kebutuhan dan terhambatnya pengeluaran hasil bumi," ujarnya.
Oleh sebab itu kata anilah selain upaya gotong royong penataan badan jalan yang dilakukan secara rutin pemerintah pun juga tak henti-hentinya. Dan tiada lelahnya mengusulkan kepada pemerintah agar adanya pembangunan akses jalan milik kabupaten.
"Akibat kondisi jalan masih berupa tanah ini keberadaan Pekon. Sidodadi dapat dikatakan terisolir karena akses kendaraan sulit masuk sehingga semua kebutuhan mengalami kenaikan harga begitupun sebaliknya hasil bumi yang menjadi sumber utama kehidupan sulit untuk dikeluarkan bahkan membutuhkan biaya yang tinggi dalam transportasinya dan itu jelas sangat merugikan masyarakat," tandas dia. *