Studi Membuktikan Muka Orang Kaya dan Miskin Berbeda, Ini Perbedaannya
Foto: Ilustrasi Bahagia-Bosan. Pixabay--
Radarlambar.bacakoran.co- Sebuah studi terbaru dari Universitas Toronto menyoroti hubungan menarik antara ekspresi wajah dan status ekonomi seseorang.
Penelitian ini melibatkan analisis 160 foto hitam putih, yang terdiri dari 80 gambar pria dan 80 gambar wanita, yang semuanya ditangkap dalam ekspresi netral tanpa adanya aksesori yang mencolok.
Subjek yang ditampilkan dalam foto terdiri dari dua kelompok: separuh merupakan individu yang kaya, sedangkan separuh lainnya berasal dari kalangan pekerja.
Peserta penelitian kemudian diminta untuk menilai dan menebak status sosial ekonomi dari subjek-subjek tersebut hanya berdasarkan tampilan wajah mereka.
Hasilnya menunjukkan bahwa 68% dari responden mampu menebak dengan benar status sosial subjek yang diperlihatkan.
Menariknya, banyak dari mereka tidak bisa menjelaskan proses berpikir yang membuat mereka mencapai kesimpulan tersebut.
R-Thora Bjorsdottir, salah satu peneliti, menjelaskan, “Ketika ditanya bagaimana mereka bisa melakukan penilaian, sebagian besar tidak menyadari faktor apa yang memengaruhi jawaban mereka.”
Dalam analisis lebih mendalam, peneliti menemukan bahwa responden dapat mengenali perbedaan kelas sosial hanya dengan mengamati fitur wajah tertentu, khususnya area sekitar mata dan mulut.
Hasil yang dipublikasikan dalam Journal of Personality and Social Psychology ini menunjukkan bahwa individu yang tergolong kaya biasanya memperlihatkan wajah yang lebih ceria dan tampak tenang, sementara mereka yang kurang beruntung sering kali menunjukkan ekspresi yang lebih tertekan dan cemas.
Bjorsdottir menambahkan, “Walaupun banyak penelitian sebelumnya telah meneliti hubungan antara status kekayaan dan kelas sosial, studi ini mengungkapkan bahwa perbedaan status sosial dapat tercermin dengan jelas melalui ekspresi wajah.”
Namun, peneliti lainnya, Nicholas O. Rule, memperingatkan akan adanya dampak negatif dari penilaian sosial yang didasarkan pada tampilan wajah saja.
Ia menggarisbawahi, “Ada kemungkinan bahwa penilaian berbasis wajah terhadap status sosial bisa menghasilkan konsekuensi yang signifikan. Kita telah melihat adanya siklus kemiskinan, dan cara pandang seperti ini mungkin berperan dalam memperkuat siklus tersebut.”
Penemuan ini membuka diskusi lebih lanjut mengenai bagaimana masyarakat melihat dan mempersepsikan individu berdasarkan penampilan luar mereka, serta pentingnya kesadaran akan pengaruh yang mungkin muncul dari penilaian tersebut.(*)