Rubah Gurun Jadi Gedung Pencakar Langit, PBB Katakan Mempercepat Kiamat

Rubah Gurun Jadi Gedung Pencakar Langit, PBB Katakan Mempercepat Kiamat.//Foto: Dok/Net ---

Radarlambar.bacakoran.co - Arab Saudi saat ini tengah giat membangun gedung pencakar langit, namun hal ini memicu kekhawatiran PBB tentang dampak negatifnya terhadap lingkungan. Proyek pembangunan ini berpotensi mempercepat degradasi lahan dan penggurunan, yang dapat memperburuk perubahan iklim global. PBB telah memberikan peringatan keras terkait dampak pertanian yang tidak berkelanjutan dan penggundulan hutan.



Dalam pertemuan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Memerangi Penggurunan (UNCCD), yang berlangsung selama 12 hari, Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menekankan pentingnya melindungi dan memulihkan lahan untuk mengatasi krisis yang semakin mendalam, termasuk kekeringan akibat perubahan iklim. Pertemuan tersebut menargetkan pemulihan 1,5 miliar hektar lahan terdegradasi pada 2030 untuk mengurangi dampak penggurunan dan memperkuat ketahanan terhadap perubahan iklim.

Sebelum perundingan ini, PBB merilis laporan yang mengungkapkan bahwa hilangnya hutan dan kerusakan tanah mengurangi ketahanan terhadap perubahan iklim serta mengancam keanekaragaman hayati. Laporan ini juga memperingatkan bahwa jika masalah ini tidak diatasi, dampaknya akan terasa dalam jangka panjang, memperburuk kesulitan bagi generasi mendatang.



Degradasi lahan, yang mencakup penggurunan, memperburuk kesuburan tanah dan mengancam produksi pangan, yang berpotensi memicu migrasi massal. Aktivitas manusia, seperti penggundulan hutan dan polusi, menjadi penyebab utama kerusakan ini. Penggurunan sendiri merupakan bentuk degradasi yang ekstrem, terutama di daerah yang sudah kering.



Meskipun ada kritik terhadap kebijakan Arab Saudi yang memperlambat upaya penghentian bahan bakar fosil dalam perundingan COP29 di Azerbaijan, pemerintah Arab Saudi mengakui masalah penggurunan yang terus berlangsung di wilayah gurun mereka. Wakil Menteri Lingkungan Hidup, Osama Faqeeha, menegaskan bahwa negara mereka berencana untuk memulihkan 40 juta hektar lahan terdegradasi dan telah memulihkan 240.000 hektar dengan berbagai inisiatif, termasuk pembatasan penebangan liar dan perluasan taman nasional.



Sekretaris Eksekutif UNCCD, Ibrahim Thiaw, berharap pertemuan ini dapat mempercepat pemulihan lahan dan mengembangkan pendekatan proaktif terhadap kekeringan. Thiaw juga mengingatkan bahwa kehilangan 40% lahan global menjadi ancaman serius terhadap keamanan global. Sebanyak ribuan delegasi diperkirakan akan hadir dalam COP16 di Riyadh, yang akan berlangsung pada 2-13 Desember 2024.



Namun, beberapa pengamat seperti Matthew Archer, asisten profesor di Universitas Maastricht, meragukan hasil positif dari pertemuan tersebut, menyebutnya sebagai bagian dari "sandiwara COP" yang tidak mampu menghadirkan solusi nyata untuk mengatasi krisis ekologis global.(*)

Tag
Share