Kini Simpanan Nasabah Rumah Tangga di Perbankan Kian Menurun

Ilustrasi uang rupiah saat transaksi di Perbankan. Foto Dok/Net --

Radarlambar.Bacakoran.co - Tanda-tanda bahwa kondisi ekonomi masyarakat semakin tertekan mulai terlihat jelas. Salah satu indikatornya adalah penurunan rata-rata simpanan masyarakat di perbankan.

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) per Oktober 2024, rata-rata Dana Pihak Ketiga (DPK) per rekening rumah tangga di perbankan tercatat hanya sekitar Rp 6,58 juta, yang merupakan angka terendah sepanjang tahun ini.

Begitu pula dengan simpanan dalam bentuk tabungan yang menunjukkan tren serupa. Rata-rata saldo tabungan per rekening rumah tangga tercatat sebesar Rp 4,19 juta, angka terendah sejak awal tahun 2024.


Direktur SME and Retail Funding PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN), Muhammad Iqbal, mengungkapkan bahwa 2024 merupakan tahun yang penuh tantangan, yang membuat banyak masyarakat terpaksa menggunakan tabungan mereka.

Kondisi ini juga dirasakan oleh BTN. Iqbal mencatatkan penurunan saldo rata-rata tabungan di segmen utama BTN, yaitu nasabah dengan saldo di bawah Rp 100 juta, menjadi Rp 1,8 juta pada Oktober 2024. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan Rp 3 juta per rekening pada Januari 2019.

Iqbal menjelaskan bahwa situasi ini juga tercermin dalam beberapa indikator ekonomi lainnya. Misalnya, pertumbuhan PDB yang melambat hingga kuartal III/2024, konsumsi rumah tangga yang stagnan di bawah 5%, dan daya beli masyarakat yang semakin lemah. Tren deflasi selama lima bulan berturut-turut sejak Mei 2024 dan kontraksi sektor manufaktur (PMI) di bawah 50 sejak Juli 2024 semakin memperburuk keadaan.

Walaupun begitu, Iqbal optimistis bahwa kondisi ini tidak akan berlangsung dengan lama,  Ia memperkirakan bahwa tahun 2025 akan membawa perubahan yang lebih positif, terutama dengan potensi penurunan suku bunga acuan dan berbagai kebijakan pemerintah seperti Program 3 Juta Rumah dan pemberian Makan Bergizi Gratis, yang diproyeksikan dapat mendukung sektor-sektor prioritas dan mendorong pertumbuhan PDB.

Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk, Lani Darmawan, ikut mengamati penurunan pertumbuhan tabungan pada perorangan, Menurutnya, hal ini disebabkan oleh kebutuhan masyarakat yang semakin mendesak. Ia juga mencatat adanya perubahan perilaku di kalangan nasabah menengah atas, yang kini cenderung beralih ke instrumen investasi lainnya.

Lani mengungkapkan bahwa kondisi ini kemungkinan besar tidak akan berubah dalam waktu dekat, dan ia memprediksi akan terus berlangsung hingga setengah pertama tahun 2025.

Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede, mengingatkan perlunya kebijakan pemerintah yang lebih terfokus untuk menghadapi stagnasi ekonomi. Dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi pada kisaran 5,1% hingga 5,2% pada 2025, tidak ada indikasi kuat bahwa daya beli masyarakat akan meningkat secara signifikan.

Josua menyarankan agar pemerintah mempercepat transformasi struktural, seperti industrialisasi dan peningkatan peran Indonesia dalam rantai pasokan global, serta memberikan perhatian lebih pada penguatan sektor UMKM. Selain itu, ia menilai pentingnya kebijakan fiskal yang mendukung kelas menengah dengan meningkatkan kualitas dan keterjangkauan layanan publik, termasuk transportasi, air bersih, pendidikan, dan perumahan yang terjangkau.

Josua juga menekankan pentingnya memperluas sektor formal melalui pemanfaatan ekonomi digital untuk mengurangi ketergantungan pada sektor komoditas dan memperluas basis pajak tanpa perlu menaikkan tarif pajak.(*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan