Bagaimana Ketika Sains Menjelaskan Peristiwa Isra Mi'raj?

Ilustrasi Isra Mi'raj---Foto Dok---

Radarlambar.bacakoran.co - Peristiwa Isra Mi'raj merupakan momen penting dalam sejarah Islam, yang tidak hanya mengandung dimensi spiritual, tetapi juga menantang pemahaman ilmiah mengenai ruang dan waktu. Sebagai perjalanan luar biasa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad, peristiwa ini menggambarkan perjalanan yang melampaui hukum-hukum fisika yang ada, terutama terkait dengan konsep kecepatan dan dimensi ruang-waktu. Mari kita bahas lebih dalam dengan merujuk pada materi ilmiah yang relevan.

Dalam sains modern, kecepatan cahaya (299.792.458 km per detik) merupakan batas tertinggi yang dapat dicapai oleh materi. Dalam Teori Relativitas Khusus yang dicetuskan oleh Albert Einstein, dinyatakan bahwa ketika suatu objek mendekati kecepatan cahaya, massa objek tersebut akan meningkat secara eksponensial, dan untuk mencapai kecepatan cahaya, energi yang dibutuhkan akan tak terhingga. Selain itu, waktu bagi objek yang bergerak dengan kecepatan tinggi akan melambat relatif terhadap pengamat yang diam. Ini dikenal dengan fenomena dilatasi waktu, yang artinya, waktu berjalan lebih lambat bagi pengamat yang bergerak cepat.

Namun, dalam peristiwa Isra Mi'raj, perjalanan Nabi Muhammad yang dilakukan dalam satu malam dari Mekah ke Palestina, dilanjutkan dengan perjalanan ke langit hingga Sidratul Muntaha, menantang teori ini. Perjalanan tersebut, yang melibatkan jarak yang jauh dan proses naik ke langit, seharusnya membutuhkan waktu yang jauh lebih lama jika diukur berdasarkan kecepatan cahaya. Namun, fakta bahwa seluruh peristiwa ini terjadi dalam waktu satu malam menunjukkan bahwa peristiwa tersebut tidak dapat dijelaskan dengan konsep kecepatan cahaya atau teori relativitas.

Untuk menjelaskan peristiwa ini, beberapa ilmuwan mengemukakan bahwa Isra Mi'raj mungkin melibatkan konsep dimensi lain yang tidak dapat dijangkau atau dijelaskan oleh fisika konvensional. Misalnya, Thomas Djamaluddin, seorang profesor riset astronomi-astrofisika, menyarankan bahwa perjalanan tersebut dapat dipahami sebagai perjalanan "keluar dari dimensi ruang-waktu". Dalam pandangan ini, perjalanan Nabi Muhammad menggunakan Buroq bukan hanya sekadar bergerak dari satu titik ke titik lainnya dalam ruang-waktu biasa, tetapi melibatkan perjalanan antar-dimensi.

Dalam konteks ini, Isra Mi'raj bisa dilihat sebagai pengalaman yang melibatkan ruang dan waktu yang tidak terikat oleh hukum fisika yang kita kenal. Nabi Muhammad yang melakukan perjalanan tersebut, menurut Djamaluddin, keluar dari dimensi ruang-waktu yang mengikat kita sebagai manusia. Hal ini menjelaskan mengapa peristiwa tersebut tidak bisa dijelaskan melalui teori-teori fisika yang ada, karena ia melibatkan dimensi lain yang tidak dapat dipahami oleh pengamatan fisik biasa.

Einstein juga mengemukakan bahwa gravitasi dapat mempengaruhi ruang dan waktu, menciptakan lengkungan ruang-waktu di sekitar objek yang memiliki massa. Dalam Teori Relativitas Umum, ruang dan waktu tidaklah terpisah, melainkan merupakan satu kesatuan yang dapat dipengaruhi oleh benda-benda besar seperti planet, bintang, dan galaksi. Dalam hal ini, teori relativitas umum mungkin memberikan petunjuk bahwa perubahan dalam ruang-waktu dapat terjadi pada skala yang sangat besar, seperti yang mungkin terjadi pada peristiwa Isra Mi'raj.

Namun, meskipun teori ini memberikan dasar untuk memahami bagaimana gravitasi dapat mempengaruhi perjalanan melalui ruang-waktu, peristiwa Isra Mi'raj melibatkan fenomena yang berada di luar jangkauan teori ini. Perjalanan ke langit, bertemu dengan nabi-nabi sebelumnya, dan menerima perintah salat langsung dari Allah, semuanya terjadi dalam kerangka waktu yang sangat singkat, yang tidak sesuai dengan hukum fisika yang kita pahami.

Dari sisi spiritual dan metafisik, Isra Mi'raj dapat dipahami sebagai perjalanan yang melibatkan elemen-elemen yang tidak dapat dijelaskan dengan logika dan fisika biasa. Nabi Muhammad mengalami peristiwa ini dalam tubuh fisiknya, namun perjalanan tersebut melibatkan dimensi yang lebih tinggi, yang berada di luar keterbatasan ruang dan waktu. Dalam hal ini, Isra Mi'raj adalah peristiwa yang menunjukkan bahwa ada aspek kehidupan yang tidak dapat dipahami sepenuhnya oleh akal manusia dan ilmu pengetahuan konvensional.

Isra Mi'raj merupakan perjalanan yang melampaui batasan fisika yang diketahui manusia. Walaupun sains, melalui teori-teori seperti Teori Relativitas, memberikan penjelasan tentang kecepatan dan waktu, peristiwa ini menggambarkan kenyataan yang berada di luar hukum fisika yang ada. Sebagai perjalanan antar-dimensi yang melibatkan aspek spiritual, Isra Mi'raj mengajarkan bahwa ada dimensi lain yang tidak dapat dijelaskan hanya dengan sains, dan peristiwa ini membuka wawasan tentang batasan-batasan pemahaman manusia terhadap realitas yang lebih luas.(*/edi)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan