Bisakah Anak Mengalami Kolesterol Tinggi dan Bagaimana Mencegahnya?
Kolesterol adalah zat yang dibutuhkan tubuh, termasuk pada anak-anak, karena berperan dalam mendukung berbagai fungsi organ, seperti otak dan kulit. -Foto Freepik-
RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO - Kolesterol adalah zat yang dibutuhkan tubuh, termasuk pada anak-anak, karena berperan dalam mendukung berbagai fungsi organ, seperti otak dan kulit. Namun, jika kadar kolesterol berlebihan, apakah anak juga bisa mengalami kondisi ini seperti orang dewasa?
Kolesterol terdiri dari dua jenis utama, yaitu kolesterol baik (HDL atau high-density lipoprotein) dan kolesterol jahat (LDL atau low-density lipoprotein).
LDL disebut sebagai kolesterol jahat karena jika kadarnya terlalu tinggi, zat ini dapat menumpuk di dinding pembuluh darah arteri dan membentuk plak. Kondisi ini bisa menyebabkan penyempitan pembuluh darah serta mengganggu aliran darah, yang pada akhirnya berisiko menimbulkan berbagai gangguan kesehatan, termasuk pada anak-anak.
Anak-Anak juga Bisa Mengalami Kolesterol Tinggi
Kadar kolesterol total yang dianggap normal pada anak adalah kurang dari 200 mg/dL. Sementara itu, kolesterol baik (HDL) seharusnya lebih dari 40 mg/dL, dan kolesterol jahat (LDL) sebaiknya tetap di bawah 130 mg/dL.
Jika kadar kolesterol total anak melebihi angka 200 mg/dL, maka ia dapat dikatakan memiliki kolesterol tinggi.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan kadar LDL meningkat pada anak antara lain:
• Faktor genetik dari orang tua yang memiliki riwayat kolesterol tinggi.
• Pola makan yang tidak sehat, terutama konsumsi makanan tinggi lemak jenuh.
• Kurang aktivitas fisik atau jarang berolahraga.
• Kelebihan berat badan atau obesitas.
Gaya hidup modern juga berkontribusi terhadap peningkatan risiko kolesterol tinggi pada anak. Misalnya, kebiasaan mengonsumsi jajanan di luar tanpa pengawasan, mengikuti pola makan tidak sehat dari teman sebaya, atau sering mengonsumsi makanan cepat saji yang praktis namun tinggi lemak jenuh.
Jika tidak dikontrol, kolesterol tinggi pada anak dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular lebih dini, seperti serangan jantung dan stroke di kemudian hari.