Rupiah Tertekan, Ancaman Pelemahan Masih Mengintai

ILUSTRASI: Nilai tukar Rupiah semakin merosot-freepik.com-
RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO - Pasar keuangan Indonesia masih berada dalam tekanan akibat faktor eksternal yang terus menghantui.
Pada perdagangan Selasa (25/2/2025), nilai tukar rupiah ditutup melemah 0,43% ke level Rp16.340 per dolar AS, mengakhiri tren penguatan tiga hari berturut-turut.
Salah satu pemicu utama pelemahan rupiah adalah kebijakan perdagangan Amerika Serikat yang kembali menimbulkan ketidakpastian global.
Presiden Donald Trump menegaskan bahwa tarif impor besar-besaran terhadap Kanada dan Meksiko akan tetap diberlakukan sesuai jadwal, setelah sempat ditunda selama sebulan.
Sikap keras ini memicu reaksi pasar, menyebabkan tekanan pada mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.
Selain itu, keputusan Morgan Stanley untuk menurunkan peringkat saham Indonesia dalam indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) dari equal-weight (EW) menjadi underweight (UW) turut menambah tekanan bagi pasar keuangan domestik.
Lembaga ini menilai prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin melemah, sementara sektor siklikal menghadapi tekanan besar terhadap profitabilitasnya.
Dalam analisisnya, Morgan Stanley melihat bahwa return on equity (ROE) di China mulai mengalami pemulihan, didorong oleh efisiensi neraca keuangan dan perbaikan kinerja sektor-sektor utama dalam indeks MSCI.
Sebaliknya, Indonesia masih menghadapi perlambatan ekonomi yang berdampak pada daya tarik investasi di pasar sahamnya.
Akibatnya, arus keluar dana asing semakin deras, dengan aksi jual asing di pasar saham Indonesia yang sudah mencapai Rp16,78 triliun sejak awal tahun.
Secara teknikal, rupiah masih bergerak dalam tren sideways meskipun mengalami pelemahan dalam beberapa hari terakhir.
Support terdekat berada di Rp16.170 per dolar AS, berdasarkan level terendah pada 29 Januari 2025.
Sementara itu, potensi pelemahan lebih lanjut bisa membawa rupiah ke level resistance di Rp16.375 per dolar AS, yang sebelumnya menjadi titik tertinggi pada 11 Februari 2025.
Dengan masih kuatnya tekanan eksternal dan ketidakpastian global, rupiah berisiko terus mengalami fluktuasi dalam waktu dekat.