Deklarasi Gerakan Ramadan Ramah Anak: Menguatkan Keluarga, Menjaga Masa Depan

MENKOMDIGI Meutya Hafid bersama beberapa menteri, deklarasi Gerakan Ramadan Ramah Anak di kantor Kemenko PMK. -Foto Ditjen KPM Kemkomdigi.--
Radarlambar.bacakoran.co – Ramadan bukan sekadar bulan ibadah, tetapi juga kesempatan emas untuk mempererat hubungan keluarga dan membangun karakter anak-anak.
Momen ini dimanfaatkan oleh pemerintah dengan meluncurkan Gerakan Ramadan Ramah Anak, yang dideklarasikan di kantor Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Jakarta.
Dalam deklarasi tersebut, Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi), Meutya Hafid, menekankan pentingnya peran orang tua dalam mendampingi anak-anak di era digital. Dengan akses informasi yang luas dan tidak terbatas, anak-anak memerlukan bimbingan agar dapat memilah konten yang bermanfaat dan terhindar dari paparan informasi yang tidak sesuai usia.
Ramadan dianggap sebagai momentum tepat bagi orang tua untuk lebih terlibat dalam kehidupan anak, membangun komunikasi yang lebih erat, serta menjadi teladan dalam penggunaan teknologi secara sehat.
Selain sebagai bulan penuh ibadah, Ramadan juga dapat menjadi waktu bagi keluarga untuk menanamkan nilai-nilai moral dan pembelajaran bagi anak-anak.
Menteri Koordinator PMK, Pratikno, menyoroti bahwa bulan suci ini bisa dimanfaatkan untuk membangun kebiasaan baik dalam keluarga, seperti membiasakan anak dengan akhlak yang mulia, meningkatkan kepedulian sosial, dan menanamkan semangat berbagi.
Di sisi lain, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi, mengajak orang tua untuk mengurangi penggunaan gawai dan lebih banyak meluangkan waktu bersama anak-anak. Interaksi langsung melalui kegiatan seperti salat berjamaah, tadarus Al-Qur’an, mendongeng kisah Nabi, atau sekadar mendengarkan pengalaman anak sehari-hari bisa menjadi cara efektif mempererat hubungan keluarga.
Pola asuh yang baik dan komunikasi yang berkualitas dalam keluarga menjadi faktor penting dalam membentuk generasi emas Indonesia. Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga), Wihaji, menegaskan bahwa perhatian dan kasih sayang dari orang tua dapat menciptakan ikatan emosional yang kuat dengan anak. Dengan komunikasi yang baik, anak-anak dapat tumbuh dalam lingkungan yang aman, nyaman, dan mendukung perkembangan mereka secara optimal.
Anak-anak yang mendapat perhatian penuh dari orang tua akan lebih siap menghadapi masa depan, memiliki karakter yang kuat, dan mampu menjadi pemimpin yang berintegritas. Ramadan bisa menjadi momen refleksi bagi keluarga untuk meningkatkan kedekatan dan memperbaiki pola pengasuhan agar lebih selaras dengan nilai-nilai moral dan budaya.
Deklarasi Gerakan Ramadan Ramah Anak turut dihadiri oleh sejumlah pejabat negara, termasuk Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Muti, Menteri Agama Nazaruddin Umar, serta Kepala Staf Kepresidenan Letjen (Purn) Anto Mukti Putranto.
Melalui gerakan ini, pemerintah berharap seluruh pemangku kepentingan dapat berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang lebih ramah anak, baik dalam aspek pengasuhan, edukasi digital, maupun interaksi keluarga. Dengan sinergi berbagai pihak, Ramadan dapat menjadi momentum perubahan menuju kehidupan keluarga yang lebih harmonis, penuh perhatian, dan mendukung tumbuh kembang anak secara optimal.
Ramadan bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang menanamkan nilai-nilai kehidupan yang lebih baik. Dengan komitmen bersama, diharapkan generasi penerus bangsa tumbuh menjadi individu yang tangguh, berbudi pekerti luhur, dan siap menghadapi tantangan masa depan. (*/adi)