Jalur Kereta Api Pertama di Indonesia: Sejarah dan Perkembangannya

TRANSPORTASI; Ilustrasi kereta api zaman dahulu. Foto Tropenmuseum. Foto-net--

Radarlambar.bacakoran.co  — Kereta api menjadi salah satu moda transportasi yang sangat penting bagi Indonesia, baik untuk mobilitas masyarakat maupun pengangkutan barang.

Namun, tahukah Anda bahwa Indonesia memiliki jalur kereta api yang sudah ada sejak zaman kolonial? Sejarah kereta api di Indonesia dimulai lebih dari satu abad yang lalu, dan kini, sistem perkeretaapian di Indonesia berkembang menjadi salah satu yang terbesar di Asia. Berikut ini adalah perjalanan panjang sejarah jalur kereta api pertama di Indonesia yang mencatatkan perubahan besar dalam dunia transportasi negara ini.

Awal Mula Munculnya Jalur Kereta Api di Indonesia

Indonesia, yang pada masa itu masih dikenal sebagai Hindia Belanda, mencatatkan diri sebagai negara kedua di Asia yang memiliki jalur kereta api tertua setelah India. Keberadaan jalur kereta api pertama kali hadir pada pertengahan abad ke-19, tepatnya pada tahun 1864. Ini merupakan langkah awal yang sangat penting dalam perkembangan sistem transportasi yang ada di tanah air.

Pembangunan jalur kereta api pertama ini dipengaruhi oleh kebutuhan untuk mengangkut hasil pertanian yang semakin meningkat. Pada periode tanam paksa (1830-1850), hasil pertanian di Jawa mulai diekspor ke pasar internasional, dan transportasi darat yang lebih cepat menjadi sebuah kebutuhan mendesak.

Sebelumnya, hanya jalan-jalan darat dan sungai yang digunakan untuk mengangkut barang, namun kedua jalur tersebut dirasa tidak cukup efisien untuk mengangkut hasil pertanian dalam jumlah besar. Oleh karena itu, kereta api menjadi solusi ideal untuk menghubungkan daerah-daerah penghasil komoditas dengan kota-kota pelabuhan yang sibuk.

Pembangunan Jalur Kereta Api Pertama di Indonesia

Jalur kereta api pertama di Indonesia dibangun pada 17 Juni 1864 di Desa Kemijen, yang terletak di sekitar kota Semarang, Jawa Tengah. Jalur ini menghubungkan Semarang dengan Vorstenlanden, yang kini dikenal dengan daerah Solo dan Yogyakarta.

Pembangunan ini dilaksanakan oleh perusahaan swasta Belanda bernama Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM), yang menggunakan rel dengan lebar 1435 mm, yang kini menjadi standar internasional.

Pada saat itu, jalur kereta api ini menjadi revolusi besar dalam sistem transportasi di Indonesia, memungkinkan pengangkutan barang dan orang dengan lebih cepat dan efisien. Selain itu, keberadaan jalur kereta api juga membawa dampak signifikan bagi perekonomian dan kehidupan sosial masyarakat setempat.

Namun, jalur pertama ini bukanlah yang terakhir. Pemerintah Hindia Belanda kemudian turut mengembangkan jalur kereta api milik negara yang pertama kali dibangun pada 8 April 1875. Jalur pertama yang dibangun oleh pemerintah Belanda ini menghubungkan kota Surabaya, Pasuruan, dan Malang di Jawa Timur.

Pemerintah Hindia Belanda pun melibatkan beberapa perusahaan swasta lainnya yang ikut membangun jalur kereta api, seperti Semarang Joana Stoomtram Maatschappij (SJS) dan Serajoedal Stoomtram Maatschappij (SDS).

Ekspansi Jalur Kereta Api ke Luar Jawa

Seiring berjalannya waktu, pembangunan jalur kereta api tidak hanya terbatas pada Pulau Jawa. Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, pembangunan jalur kereta api mulai menyebar ke luar Jawa. Pada 1876, jalur kereta api pertama kali dibangun di Aceh, yang kemudian diikuti dengan pembangunan jalur di Sumatera Utara pada 1889, Sumatera Barat pada 1891, dan Sumatera Selatan pada 1914.

Pembangunan jalur kereta api di luar Jawa juga dilanjutkan dengan adanya rel kereta api di Sulawesi pada tahun 1922. Namun, di beberapa daerah seperti Kalimantan, Bali, dan Lombok, hanya dilakukan studi mengenai kemungkinan pembangunan jalur kereta api, tanpa ada kelanjutan hingga tahap pembangunan.

Pada tahun 1928, panjang total jalur kereta api dan trem di Indonesia sudah mencapai 7.464 km, dengan rincian 4.089 km dikelola oleh pemerintah dan 3.375 km oleh perusahaan swasta. Jumlah tersebut menunjukkan betapa besar kontribusi kereta api dalam memajukan perekonomian Indonesia pada masa itu.

Perkembangan Perkeretaapian Selama Masa Pendudukan Jepang

Setelah Jepang menginvasi Indonesia pada tahun 1942, sistem perkeretaapian Indonesia pun beralih ke tangan pemerintah Jepang. Nama Dinas Kereta Api Indonesia saat itu berubah menjadi Rikuyu Sokyoku.

Selama masa pendudukan Jepang, operasional kereta api lebih difokuskan untuk kepentingan perang, dengan jalur-jalur kereta api dibangun untuk mengangkut hasil tambang dan logistik perang. Salah satu contoh pembangunan kereta api di era Jepang adalah jalur Saketi-Bayah dan Muaro-Pekanbaru yang digunakan untuk mengangkut batu bara.

Meskipun begitu, pembangunan dan pemeliharaan jalur kereta api tidak sepenuhnya berhenti, dan banyak infrastruktur yang tetap berfungsi selama masa tersebut. Namun, pasca-perang, banyak jalur yang rusak dan membutuhkan perbaikan besar-besaran.

Perkeretaapian Indonesia Setelah Kemerdekaan

Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, sistem perkeretaapian Indonesia pun mulai kembali dikelola oleh negara. Beberapa hari setelah kemerdekaan, pemerintah Indonesia langsung mengambil alih stasiun-stasiun kereta api yang sebelumnya dikuasai oleh Jepang. Pada 28 September 1945, secara resmi Kantor Pusat Kereta Api Bandung diambil alih, dan tanggal ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Kereta Api Indonesia.

Sejak saat itu, PT Kereta Api Indonesia (KAI) menjadi pengelola utama seluruh jalur kereta api di Indonesia. Seiring berjalannya waktu, PT KAI melakukan banyak pengembangan dan modernisasi, dengan membangun jalur kereta api yang menghubungkan berbagai kota besar di seluruh Indonesia. Kini, PT KAI juga memiliki sejumlah anak perusahaan yang bergerak di berbagai bidang, seperti transportasi komuter, wisata kereta api, logistik, dan properti. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan