Perang Dagang AS-China Berisiko Mengancam Ketersediaan Kedelai di Indonesia

Perang dagang AS-China memicu krisis pasokan kedelai, ancam stabilitas pangan Indonesia-freepik.com-

RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO - Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China semakin memanas, dengan kedelai menjadi salah satu komoditas yang terdampak. 

Setelah AS menerapkan tarif baru pada barang-barang impor dari China, Beijing merespons dengan mengenakan bea masuk hingga 34% terhadap berbagai produk impor dari AS, termasuk kedelai. 

Kebijakan ini membuat pasar China, yang merupakan konsumen utama kedelai AS, semakin sulit dijangkau oleh produk dari Negeri Paman Sam.

Keputusan ini, meskipun menguntungkan bagi Brasil sebagai pengganti pemasok utama, membawa kekhawatiran bagi negara-negara pengimpor seperti Indonesia. 

Harga kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT) turun 3,4% menjadi US$9,77 per bushel, level terendah untuk tahun 2025, sementara harga kedelai ekspor Brasil melonjak hingga US$1 per bushel lebih tinggi dari harga acuan di Chicago.

Carlos Mera dari Rabobank menjelaskan bahwa Brasil kini menjadi pemasok utama kedelai ke China, menggantikan peran AS. 

Selain Brasil, Argentina dan Paraguay juga diperkirakan akan mendapatkan pesanan lebih banyak, memperlihatkan pergeseran besar dalam perdagangan kedelai global sejak dimulainya perang dagang era pemerintahan Trump.

Bagi Indonesia, situasi ini berpotensi mengganggu rantai pasokan pangan, mengingat ketergantungan tinggi pada kedelai AS. 

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada tahun 2023, Indonesia mengimpor sekitar 1,95 juta ton kedelai dari AS dengan nilai mencapai US$1,26 miliar. 

Penurunan pasokan dari AS, ditambah lonjakan harga global akibat pergeseran permintaan ke Brasil dan Argentina, kemungkinan besar akan mempengaruhi harga bahan pangan penting seperti tahu dan tempe, yang menjadi sumber protein utama bagi masyarakat Indonesia.

Sementara itu, kebijakan AS yang berfokus pada pengembangan energi terbarukan berbasis biofuel juga memperburuk situasi. 

Sekitar 30% kedelai AS kini digunakan untuk produksi biodiesel dan bioavtur, yang diperkirakan akan semakin mengurangi pasokan kedelai untuk ekspor. 

Presiden Trump sendiri telah menegaskan komitmennya untuk meningkatkan produksi energi domestik dengan mengurangi ekspor yang dianggap melemahkan ketahanan energi nasional.

Dengan adanya dua tekanan besar tersebut, Indonesia menghadapi pilihan yang semakin terbatas. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan