Seruan Mengejutkan Ribuan Tentara Cadangan Israel: Akhiri Perang Demi Sandera

Seruan Mengejutkan Ribuan Tentara Cadangan Israel: Akhiri Perang Demi Sandera. Foto/net--
Radarlamba.bacakoran.co - Sekelompok seribu tentara cadangan Angkatan Udara Israel, baik yang masih aktif maupun yang sudah pensiun, membuat gebrakan besar dengan menyatakan bahwa penyelamatan sandera di Gaza harus menjadi prioritas utama—meski itu berarti menghentikan perang.
Dalam surat terbuka yang dirilis ke media Israel, mereka menyampaikan kekhawatiran bahwa operasi militer yang terus berlanjut justru memperbesar risiko kematian bagi sandera, tentara, dan warga sipil yang tak bersalah. Mereka mendesak agar pemerintah fokus pada penyelesaian damai yang dapat menjamin keselamatan para sandera, bukan mengejar kepentingan politik yang berpotensi memperpanjang penderitaan.
Mantan Kepala Staf Angkatan Darat Israel Dan Halutz yang termasuk di antara penandatangan surat tersebut, menunjukkan bahwa dukungan terhadap seruan ini datang dari kalangan militer tertinggi.
Saat ini, diperkirakan ada 59 sandera yang masih berada di Gaza, dengan 22 di antaranya diyakini masih hidup. Harapan pembebasan mereka sempat menggantung pada kesepakatan gencatan senjata tahap kedua, yang menuntut penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza dan penghentian perang. Namun, perjanjian ini terguncang ketika militer Israel kembali melancarkan serangan pada pertengahan Maret, membatalkan ketentuan gencatan senjata.
Serangan terbaru tersebut menewaskan hampir 1.500 warga Palestina—mayoritas adalah anak-anak—dan melukai ribuan lainnya. Akibatnya, kesepakatan damai yang sempat diupayakan kembali kandas.
Sementara itu, tekanan internasional terhadap Israel terus meningkat. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu justru berkomitmen untuk menggencarkan serangan, yang dinilai sejalan dengan rencana Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump untuk memindahkan penduduk Palestina dari Gaza.
Sejak Oktober 2023, lebih dari 50.000 warga Palestina, termasuk perempuan dan anak-anak, telah kehilangan nyawa dalam konflik ini. Situasi ini juga menarik perhatian hukum internasional: Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant kini menghadapi surat perintah penangkapan dari Pengadilan Kriminal Internasional atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Selain itu, Israel juga tengah diadili atas tuduhan genosida di Mahkamah Internasional.
Seruan dari para tentara cadangan ini menjadi suara yang tak bisa diabaikan—sebuah permintaan mendesak agar pemerintah mengutamakan kemanusiaan di atas kepentingan politik atau militer. (*)