Ilmuwan Hidupkan Kembali Serigala Mirip Dire Wolf, Tetapi Bukan Spesies Asli

Sejumlah pakar mengatakan klaim menghasilkan Dire Wolf dari rekayasa genetik tak 100 persen benar sebab yang diciptakan adalah hibrida. Foto REUTERS--

Radarlambar.bacakoran.co- Upaya untuk membangkitkan kembali spesies punah kembali menjadi sorotan setelah perusahaan bioteknologi Colossal Biosciences mengumumkan penciptaan anak serigala hasil rekayasa genetika yang diklaim menyerupai serigala Dire Wolf, hewan predator besar yang telah punah lebih dari 10 ribu tahun lalu.

Pengumuman ini disampaikan pada awal April 2025, lengkap dengan gambar tiga anak serigala putih yang disebut sebagai simbol dari “kembalinya spesies dari kepunahan.”

Serigala Dire atau Aenocyon dirus, yang popularitasnya melonjak berkat serial televisi Game of Thrones, memang punah pada akhir zaman es. Namun, sejumlah pakar menilai klaim Colossal tidak sepenuhnya akurat.

Mereka menilai bahwa yang dihasilkan bukanlah Dire Wolf yang asli, melainkan serigala abu-abu hasil rekayasa yang diberi karakteristik menyerupai Dire Wolf. Dalam pandangan ilmiah, makhluk tersebut lebih tepat disebut sebagai hibrida atau serigala hasil rekayasa dengan tampilan mirip serigala purba.

Untuk menciptakan anak serigala ini, para peneliti mengekstraksi DNA dari dua fosil prasejarah. Sumber pertama adalah gigi berusia sekitar 13.000 tahun dari Ohio, sementara sumber kedua berasal dari tulang telinga bagian dalam yang ditemukan di Idaho dan diperkirakan berusia 72.000 tahun.

Fragmen DNA dari fosil tersebut kemudian digunakan untuk menyusun sebagian genom serigala Dire dan dibandingkan dengan DNA kerabat modern seperti serigala, jakal, dan rubah.

Hasil analisis menunjukkan bahwa serigala abu-abu memiliki kemiripan genom tertinggi, sehingga dipilih sebagai donor sel telur dalam proses rekayasa genetika ini. Meski demikian, penelitian juga mengungkap bahwa secara evolusi, serigala Dire berbeda jauh dari serigala modern.

Keduanya diperkirakan telah berpisah jalur evolusi sejak enam juta tahun lalu dan termasuk dalam genus yang berbeda. Bahkan, beberapa ahli menyatakan bahwa serigala Afrika mungkin memiliki hubungan kekerabatan lebih dekat dengan Dire Wolf ketimbang serigala abu-abu yang digunakan dalam rekayasa ini.

Perdebatan pun muncul di kalangan ilmuwan mengenai etika dan akurasi dalam menyampaikan keberhasilan bioteknologi semacam ini kepada publik. Proyek ini memang membuka harapan terhadap upaya mengembalikan spesies yang punah, tetapi menuntut ketelitian dalam penyebaran informasi agar tidak menimbulkan kesalahpahaman mengenai apa yang benar-benar berhasil diciptakan.(*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan