Permen Karet, Camilan Anak yang Ternyata Penuh Mikroplastik

Cemilan Anak Yaitu Permen Karet Ternyata Penuh Mikroplastik. - Foto Freepik--

RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO - Penelitian baru dari University of California, Los Angeles (UCLA) mengungkap bahwa mengunyah permen karet—termasuk yang berlabel "alami"—dapat melepaskan ratusan bahkan ribuan partikel mikroplastik ke dalam tubuh. Penemuan ini dipaparkan dalam konferensi American Chemical Society 2025 di San Diego.

Sanjay Mohanty, seorang pakar dari UCLA dalam bidang teknik sipil dan lingkungan, menjelaskan bahwa produk plastik yang kita gunakan setiap hari lama-kelamaan akan terurai menjadi partikel-partikel kecil yang disebut mikroplastik. Partikel ini tak terlihat oleh mata, namun dapat masuk ke tubuh manusia melalui berbagai cara, termasuk makanan.

Penelitian ini melibatkan analisis terhadap sepuluh jenis permen karet populer, terdiri dari lima produk berbahan dasar sintetis dan lima berbahan dasar alami. Walaupun merek-merek tersebut tidak disebutkan, hasilnya cukup mengejutkan—semua permen karet tersebut mengandung zat yang berpotensi melepaskan mikroplastik saat dikunyah.

Lisa Lowe, mahasiswa pascasarjana yang ikut dalam riset ini, menyampaikan bahwa meskipun permen karet "alami" menggunakan polimer dari tumbuhan, hasil pengujian menunjukkan bahan tersebut tetap mengandung unsur plastik.

Jenis polimer yang ditemukan antara lain adalah poliolefin, PET (polyethylene terephthalate), poliacrylamide, dan polystyrene—semuanya biasa ditemukan dalam produk plastik.

Dalam eksperimen, para partisipan diminta mengunyah masing-masing permen selama empat menit. Dari situ, diambil sampel air liur untuk diteliti.

Hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata terdapat 100 partikel mikroplastik per gram permen, bahkan ada yang mencapai 600 partikel. Itu artinya, dalam sekali mengunyah satu potong permen, seseorang bisa menelan sekitar 200 hingga 250 partikel mikroplastik.

Meski begitu, para peneliti menekankan bahwa pengaruh jangka panjang dari mikroplastik terhadap kesehatan manusia masih belum bisa dipastikan. Dibutuhkan studi lanjutan untuk mengetahui dampaknya secara lebih mendalam.

Sementara itu, asosiasi produsen makanan manis di Amerika Serikat merespons temuan ini dengan mengatakan bahwa produk mereka tetap aman untuk dikonsumsi, seperti yang telah dilakukan konsumen selama lebih dari satu abad.

Mereka juga menegaskan bahwa tidak ada alasan untuk panik, meskipun hasil studi ini membuka mata akan potensi bahaya tersembunyi dalam makanan sehari-hari. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan