Teknologi Arsitektur Masa Lampau: Keajaiban Candi Hindu-Buddha di Nusantara

Candi Sewu / Foto--Net--
RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO - Sebagai negara kepulauan yang kaya akan sejarah, Indonesia menyimpan peninggalan budaya Hindu-Buddha yang tersebar luas di berbagai wilayah. Situs-situs bersejarah ini bukan hanya menonjolkan keindahan bentuk arsitekturnya, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai spiritual, filosofis, serta kemajuan teknologi pada masa lalu.
Setiap candi menjadi saksi kebesaran peradaban kuno yang mampu menciptakan karya luar biasa, yang hingga kini masih berdiri kokoh sebagai bukti kemajuan budaya dan teknik pada masanya.
Salah satu yang paling terkenal adalah Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah. Dibangun oleh Dinasti Syailendra pada abad ke-9, Borobudur merupakan candi Buddha terbesar di dunia yang terdiri dari sembilan tingkat bertingkat. Struktur ini menggambarkan perjalanan menuju pencerahan dalam ajaran Buddha.
Dinding-dindingnya dipenuhi relief naratif terpanjang di dunia, dilengkapi dengan ratusan patung Buddha dalam berbagai pose meditasi. Teknik pembangunannya yang menggunakan batu andesit tanpa semen dengan sistem kunci antar batu mencerminkan keahlian arsitektur tinggi pada masa itu.
Tak jauh dari Borobudur, berdiri Candi Prambanan sebagai kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia. Dibangun sekitar tahun 850 M oleh Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya, kompleks ini didedikasikan untuk tiga dewa utama Hindu: Siwa, Wisnu, dan Brahma.
Candi setinggi 47 meter ini dikelilingi oleh relief cerita Ramayana yang tidak hanya indah secara visual, tetapi juga berfungsi sebagai sarana edukasi dan spiritual. Legenda Roro Jonggrang yang menyertainya memperkuat daya tarik candi ini dengan nuansa mitos dan sejarah.
Candi-candi di Dataran Tinggi Dieng yang berasal dari abad ke-7 dan ke-8 Masehi merupakan contoh awal perkembangan arsitektur Hindu di Jawa. Meskipun berukuran lebih kecil, kompleks ini memiliki arti penting sebagai saksi awal masuknya pengaruh Hindu di pulau ini.
Prasasti yang ditemukan di sekitarnya memberikan informasi mengenai kehidupan sosial dan keagamaan masyarakat pada masa itu. Beberapa ritual yang masih berlangsung hingga kini menunjukkan kesinambungan nilai-nilai spiritual di daerah tersebut.
Candi Gedong Songo di lereng Gunung Ungaran menunjukkan integrasi arsitektur dengan alam. Susunan candi mengikuti bentuk kontur tanah, menggunakan material lokal, dan dilengkapi sistem drainase alami yang menunjukkan pemahaman lingkungan yang mendalam.
Kehadiran pemandian air belerang menambah aspek spiritual tempat ini dan menunjukkan pemilihan lokasi yang memperhatikan unsur alam dan kepercayaan. Di Jawa Timur, Candi Penataran menjadi bukti kejayaan kerajaan Majapahit. Kompleks candi ini memiliki ciri khas berupa struktur berundak dan relief yang menggambarkan kisah Krishnayana serta Ramayana.
Prasasti dari masa pemerintahan Raja Srengga mengungkap dinamika politik dan keagamaan di era tersebut, serta perkembangan seni ukir dan arsitektur di wilayah timur Jawa. Kompleks Candi Plaosan menjadi contoh harmoni antaragama pada masa lalu.
Arsitekturnya memadukan unsur Hindu dan Buddha dalam satu kawasan, lengkap dengan relief yang mencerminkan keduanya. Kehadiran sistem kanal dan kolam di sekitarnya memperlihatkan kemajuan teknik hidrologi yang sudah dikenal dan diterapkan masyarakat pada masa itu.
Candi Sewu merupakan kompleks Buddha terbesar kedua setelah Borobudur. Tersusun dalam formasi mandala konsentris, kompleks ini mencakup 249 bangunan yang menggambarkan struktur kosmos menurut ajaran Buddha. Desainnya yang tahan terhadap gempa menunjukkan kecanggihan teknik konstruksi serta pemahaman terhadap kondisi geologis setempat.
Sementara itu, Candi Kalasan yang dibangun pada abad ke-8 menampilkan keunikan melalui pelapis vajralepa semacam stuko kuno yang digunakan untuk melindungi permukaan candi dari jamur dan lumut. Ornamen makara dan kala-makara yang menghiasi bangunan menunjukkan adanya akulturasi seni India dengan gaya lokal Nusantara.