Musim Kemarau 2025 Diprediksi Lebih Singkat, Ini Puncaknya di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat

Ilustrasi kemarau, peringatan dini BMKG. Foto-Net--

Radarlambar.bacakoran.co -BMKG memprediksi bahwa musim kemarau tahun 2025 akan berlangsung lebih singkat, dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun durasinya lebih pendek, pengaruhnya tetap signifikan terutama bagi sektor pertanian, sumber daya air, dan kehidupan sehari-hari masyarakat.

Pergeseran Pola Musim dan Dampaknya
Kemarau tahun ini diperkirakan tidak merata di seluruh wilayah Indonesia. Puncaknya bervariasi tergantung pada kondisi geografis masing-masing daerah. BMKG menekankan pentingnya mitigasi dini dan kesadaran kolektif untuk menjaga ketersediaan air serta mengantisipasi potensi krisis.

???? JAWA TENGAH
Awal Musim Kemarau: April–Mei 2025

Durasi: Rata-rata 4–5 bulan, beberapa wilayah hingga 6–7 bulan

Puncak Musim Kemarau:

???? Juli 2025
Meliputi sebagian wilayah Salatiga, Banyumas, Cilacap, Pemalang, Magelang, Blora, Wonogiri, dan bagian barat Boyolali, serta sebagian Purworejo dan Kebumen.

???? Agustus 2025
Sebagian besar wilayah, termasuk:
Tegal, Pekalongan, Surakarta, Semarang, Brebes, Batang, Kendal, Demak, Kudus, Sragen, Klaten, Jepara, Pati, Grobogan, dan lainnya.

???? September 2025
Sebagian kecil wilayah utara Jepara dan Pati.

???? JAWA TIMUR
Awal Musim Kemarau: Bertahap mulai Maret 2025

Puncak Musim Kemarau: Mayoritas pada Agustus 2025

Catatan:

Wilayah Bangkalan dan Sumenep paling awal memasuki kemarau, pada akhir Maret.

Kemarau paling akhir terjadi di bagian tenggara Kabupaten Malang dan barat daya Lumajang, sekitar awal Juni.

???? JAWA BARAT
Awal Musim Kemarau: April–Juli 2025

Puncak Musim Kemarau: Juli–Agustus 2025

Puncak Berdasarkan Wilayah:

???? April: Bekasi, Karawang utara, Subang utara, Indramayu barat laut
???? Mei: Bandung, Cimahi, Sumedang, Cirebon, Majalengka, Kuningan
???? Juni: Sebagian besar wilayah Jawa Barat
???? Juli: Garut tenggara, Tasikmalaya selatan, Pangandaran barat

???? Kesimpulan
Musim kemarau 2025 diperkirakan lebih pendek namun tetap berdampak signifikan. Masyarakat dan pemerintah daerah diimbau lebih siap menghadapi perubahan pola cuaca, terutama dalam menjaga ketersediaan air bersih dan mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan. (*)



Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan