Indragiri: Permata Tersembunyi di Panawangan yang Menyimpan Damai dan Rindu

Indragiri Permata Tersembunyi di Panawangan yang Menyimpan Damai dan Rindu. Foto/net--

Radarlambar.bacakoran.co -Di sudut sunyi Kabupaten Ciamis, tepatnya di Kecamatan Panawangan, berdiri sebuah desa yang tak banyak dikenal orang, namun menyimpan sejuta pesona yang menenangkan jiwa. Desa Indragiri, bagai lukisan alam yang hidup, terhampar di atas lahan seluas 597,340 hektar, dihuni oleh hanya sekitar 1.194 kepala keluarga. Kepadatan yang rendah membuat desa ini terasa lapang—sebuah oase bagi mereka yang mendambakan ketenangan, jauh dari riuhnya kota.

Dua Dunia yang Dipisahkan Sungai
Desa ini unik. Ia terbagi menjadi dua bagian wilayah yang dipisahkan oleh sebuah lembah dalam dan aliran sungai Cibubuhan yang jernih dan berkelok. Dusun Susuru, Legok I, dan Legok II berada di selatan, sementara Dusun Jotang dan Cilimus mendiami sisi utara.

Untuk menuju bagian utara desa, pengunjung harus menuruni jalan yang menyusuri lembah hingga sampai di sebuah jembatan. Dari sana, perjalanan dilanjutkan dengan tanjakan menuju pemukiman. Namun, jangan khawatir—lelahnya kaki akan segera tergantikan oleh hamparan sawah hijau yang memesona, semilir angin, dan cuitan burung yang bersahut-sahutan dari pepohonan.

Hamparan Sawah, Obat Rindu dan Penyejuk Jiwa
Warna hijau pesawahan yang tertata dalam bentuk terasering menciptakan panorama yang begitu menenangkan. Bagi perantau seperti saya, pemandangan ini adalah “oleh-oleh batin” yang selalu saya bawa pulang saat mudik. Udara yang bersih dan segar menjadi kemewahan yang langka di kota besar.

Setiap jengkal pematang sawah di Indragiri membawa cerita. Di sanalah anak-anak desa bermain riang, petani menanam harapan, dan mata memandang jauh seakan semua beban hidup ikut larut bersama angin yang bertiup lembut.

Ketulusan yang Tak Tergantikan
Tak hanya alamnya yang memikat, keramahan penduduk Indragiri adalah harta lain yang sulit ditemukan di tempat lain. Setiap orang yang datang dengan niat baik akan disambut seperti saudara sendiri. Ada ketulusan dalam senyuman mereka, dalam sapaan hangat yang menyertai langkah kaki kita.

Sebagai orang yang telah lama merantau, saya tidak pernah bosan untuk kembali. Meski tahun demi tahun berlalu, desa ini tetap seperti dulu. Alaminya tetap terjaga, kehangatan warganya tak pernah pudar.

Lumbung Padi dan Kehidupan yang Bersahaja
Sawah-sawah yang membentang bukan sekadar pemandangan. Di sanalah terletak sumber kehidupan masyarakat Indragiri. Mereka menanam padi sendiri, memanen sendiri, dan makan dari hasil bumi yang mereka olah dengan tangan mereka sendiri. Sawah-sawah itu adalah lumbung padi yang menjaga keberlangsungan hidup dan budaya agraris yang luhur.

Mereka mungkin tidak kaya secara materi, namun mereka kaya akan ketenangan, ketulusan, dan rasa cukup—hal yang justru semakin sulit ditemukan di zaman ini.

Biarkan Indragiri Tetap Menjadi Permata
Banyak desa kini berubah menjadi destinasi wisata komersial yang kehilangan jati diri. Tapi biarlah Indragiri tetap menjadi dirinya sendiri. Biarlah ia tetap menjadi permata tersembunyi yang hanya bisa dinikmati oleh mereka yang benar-benar ingin menyatu dengan alam dan menemukan ketenangan batin.

Jangan biarkan bangunan beton dan keramaian merampas kesunyiannya. Biarkan suara burung tetap menjadi alarm pagi, dan udara bersih tetap menjadi penyejuk paru-paru.

Karena bagi kami, Indragiri bukan sekadar tempat lahir—ia adalah rumah bagi hati yang rindu pulang. (*)

 

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan