Harga Batu Bara Anjlok di Bawah US$100/ton, China Genjot Energi Ramah Lingkungan

Tambang batu bara. Foto Dok/Net ---
RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO - Harga batu bara global kembali tertekan, jatuh di bawah level psikologis US$100 per ton, seiring pergeseran strategi energi di China yang mulai mengandalkan pembangkit listrik tenaga air dan energi terbarukan lainnya.
Mengacu pada data Refinitiv, harga batu bara per 16 April 2025 berada di posisi US$98,25 per ton, melemah 2,24% dibandingkan penutupan sehari sebelumnya yang tercatat US$100,5 per ton.
Menurut laporan oilprice.com, sektor pembangkit listrik tenaga termal di China yang mengandalkan batu bara dan sebagian gas alam mengalami penurunan produksi pada kuartal pertama tahun ini. Hal ini disebabkan peningkatan kapasitas pembangkit dari tenaga air, angin, dan surya, sebagaimana dilaporkan Reuters berdasarkan data pemerintah setempat.
Badan Statistik Nasional China mencatat produksi listrik berbasis termal mengalami penurunan 4,7% selama Januari hingga Maret. Sementara itu, pembangkitan listrik dari tenaga air tumbuh 9,5%. Permintaan listrik nasional sempat turun 1,3% pada dua bulan pertama 2025, namun mulai pulih dengan kenaikan 1,8% di bulan Maret.
Angka-angka tersebut belum mencakup pembangkit angin dan surya skala kecil. Berdasarkan data Administrasi Energi Nasional China, total output listrik termasuk instalasi kecil meningkat 1,3% pada dua bulan pertama tahun ini.
Menariknya, penurunan produksi listrik termal ini menjadi yang pertama sejak 1998, jika tidak memperhitungkan dampak pandemi Covid-19. Salah satu faktor utamanya adalah kondisi cuaca yang lebih hangat, yang menurunkan kebutuhan listrik berbasis batu bara sebesar 5,8% pada awal tahun.
Penurunan ini terjadi setelah sepanjang 2024, pembangkit batu bara di China mencatat rekor produksi sebesar 6,34 triliun kilowatt-jam, naik 1,5% secara tahunan. Meski demikian, batu bara masih menjadi komponen vital dalam sistem energi nasional, menopang fluktuasi pasokan dari sumber terbarukan.
Di sisi lain, pasokan batu bara domestik yang meningkat serta menurunnya permintaan menyebabkan angka impor batu bara turun 6% pada Maret, setelah sempat tumbuh 2% dalam dua bulan pertama 2025. Secara keseluruhan, volume impor batu bara selama kuartal pertama mengalami kontraksi 0,9%.(*)