Tujuh Raksasa Teknologi AS Tersungkur Akibat Tekanan China

Perang tarif AS-China picu kekhawatiran, saham Big Tech anjlok serentak.-Ilustrasi: canva@Budi Setiawan-
RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO - Ketegangan dagang bua negara yakni Amerika Serikat dengan China terus membara. Dampaknya, tujuh perusahaan teknologi terbesar asal AS—yang dikenal sebagai 'Magnificent Seven'—mengalami kejatuhan tajam di pasar saham. Saham-saham ini tumbang secara serentak, menjadi sinyal buruk bagi dunia teknologi global.
Dua perusahaan paling menonjol, Nvidia dan Tesla, bahkan mencatat penurunan lebih dari 5%. Secara keseluruhan, berikut daftar kerugian yang dialami para raksasa ini:
- Alphabet Inc. turun 2,26%
- Amazon.com, Inc. turun 3,42%
- Apple Inc. turun 2,77%
- Meta Platforms, Inc. turun 3,29%
- Microsoft Corporation turun 2,05%
- NVIDIA Corporation turun 5,49%
- Tesla, Inc. turun 6,86%
Indeks saham utama pun ikut tertekan. S&P 500 kehilangan 2,32%, sementara Nasdaq Composite turun 2,61%, dan Dow Jones merosot 2,30%. Situasi ini menunjukkan bahwa tekanan tidak hanya dirasakan oleh sektor teknologi, tetapi juga merambat ke pasar secara keseluruhan.
Di balik penurunan tajam ini, ada beberapa faktor yang memperkeruh suasana. Salah satunya adalah tekanan politik dalam negeri AS. Mantan Presiden Donald Trump melontarkan kritik tajam kepada ketua Federal Reserve, Jerome Powell, dan bahkan menyerukan pemecatannya. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa stabilitas dan independensi bank sentral AS bisa terancam, yang pada akhirnya memicu kegelisahan pasar.
Sementara itu, perang dagang antara AS dan China kembali memanas. Kedua negara saling balas menaikkan tarif impor. AS menetapkan tarif hingga 145% untuk barang dari China, bahkan sempat mengancam akan menaikkan tarif hingga 245%. Sebagai respons, China membalas dengan menetapkan tarif 125% untuk produk-produk dari AS.
Lebih jauh lagi, pemerintah China juga menyatakan keberatannya terhadap upaya AS yang berusaha menekan negara-negara lain agar mengurangi hubungan dagang dengan China. Negeri Tirai Bambu menganggap langkah tersebut sebagai tekanan sepihak yang tidak adil. Untuk itu, pemerintah China menegaskan akan mengambil langkah balasan secara tegas dan setimpal.
Dengan situasi yang semakin memanas, investor global mulai mengambil langkah hati-hati. Pasar tampaknya akan terus dibayangi ketidakpastian, setidaknya hingga tensi geopolitik antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia ini mereda. (*)