Perambahan Kawasan TNBBS di Suoh - BNS Picu Konflik Satwa Liar

Harimau Sumatera. Foto Dok--

BANDARNEGERI SUOH - Kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), yang dikenal sebagai salah satu area konservasi penting di Provinsi Lampung, kini menghadapi ancaman serius. 

Pemanfaatan hutan kawasan yang semakin meluas telah memicu ketegangan antara manusia dan satwa liar, khususnya harimau Sumatera, yang kerap memasuki permukiman warga di Kecamatan Suoh dan Bandarnegeri Suoh (BNS). 

Menanggapi hal ini, Gubernur Lampung, Rahmat Mirzani Djausal, bersama sejumlah pejabat terkait turun langsung untuk menangani masalah tersebut. Ia menekankan pentingnya pendekatan humanis dalam mengatasi persoalan ini, di mana edukasi dan sosialisasi akan menjadi tahapan utama sebelum langkah penegakan hukum diambil.

“Kami akan melakukan pendekatan persuasif kepada masyarakat melalui sosialisasi yang berbasis edukasi. Perambahan hutan tidak hanya merusak ekosistem, tetapi juga berisiko menambah konflik antara manusia dan satwa liar seperti harimau Sumatera yang kerap keluar dari kawasan hutan dan mengancam keselamatan warga,” ujar Mirzani Djausal.

Menurut data yang dihimpun, sekitar 7.000 warga diketahui bermukim dan berkebun di dalam kawasan TNBBS. Meskipun pada tahun 2011, telah dilakukan program reboisasi untuk mengembalikan ekosistem yang rusak, sayangnya, perambahan kembali terjadi sejak 2024. Hal ini, menurut Mirzani, menyebabkan ketegangan yang semakin meningkat antara manusia dan satwa liar, termasuk harimau Sumatera yang sering melintasi pemukiman.

Masalah ini semakin diperparah dengan adanya potensi konflik yang muncul akibat interaksi antara manusia dan harimau Sumatera. Satwa yang terdesak karena kehilangan habitatnya kerap memasuki permukiman mencari makan, yang tidak jarang berakhir dengan pertemuan berbahaya. Kasus serangan harimau terhadap ternak dan bahkan manusia pun pernah terjadi, yang menambah ketegangan di kalangan warga.

Lebih mengingatkan pentingnya partisipasi masyarakat dalam mengatasi permasalahan ini. Menurutnya, pendekatan persuasif dan edukasi kepada masyarakat harus dilakukan dengan maksimal agar pemahaman tentang bahaya perambahan hutan dan kerugian yang ditimbulkan dapat diterima dengan baik.

“Konflik antara manusia dan satwa liar, khususnya harimau Sumatera, adalah dampak langsung dari kerusakan habitat mereka. Oleh karena itu, kami semua dapat mendukung penuh upaya untuk menyelesaikan permasalahan ini dengan cara yang bijaksana. Kami berharap seluruh masyarakat dapat berkolaborasi dengan baik dalam menjaga kelestarian hutan TNBBS,” pungkasnya. (edi/lusiana)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan