Mahasiswa Minta Uang Kuliah Dikembalikan Usai Dosen Ketahuan Gunakan ChatGPT

Radarlambar.bacakoran.co— Dunia pendidikan kembali menjadi sorotan setelah seorang dosen di Universitas Northeastern, Amerika Serikat, ketahuan menggunakan chatbot AI ChatGPT dalam kegiatan perkuliahan.

Hal ini memicu kemarahan mahasiswa, salah satunya Ella Stapleton, yang bahkan menuntut pengembalian uang kuliah.

Stapleton menyadari kejanggalan dalam tugas-tugas yang diberikan oleh dosennya. Dalam catatan tugas tersebut, ditemukan jejak interaksi dengan ChatGPT, termasuk prompt seperti “perluas seluruh area. Berikan penjelasan lebih rinci dan spesifik”, yang menjadi ciri khas penggunaan kecerdasan buatan.

Ia juga mendapati teks dengan ejaan yang salah, perintah teknis, dan bahkan gambar yang terdistorsi—semua mengarah pada konten yang dihasilkan AI.

Universitas tempat Stapleton belajar, khususnya jurusan bisnis, diketahui melarang keras penggunaan AI secara tidak sah dalam aktivitas akademik.

Merasa dirugikan secara akademik dan etika, Stapleton pun melayangkan pengaduan resmi kepada pihak kampus dan menuntut pengembalian biaya kuliah yang telah dibayarkan.

Fenomena ini menjadi bagian dari perdebatan lebih luas mengenai peran teknologi AI dalam dunia pendidikan.

Laporan dari Januari lalu menyebutkan bahwa hampir 90% akademisi percaya bahwa mayoritas siswa telah menggunakan teknologi AI, khususnya generative AI, dalam kegiatan belajar mereka.

Wakil Presiden Bidang Inovasi Digital dari American Association of Colleges and Universities menyatakan bahwa terobosan dalam teknologi, terutama kemunculan Large Language Models (LLMs), memaksa sistem pendidikan di Amerika Serikat untuk beradaptasi.

Tantangannya, menurutnya, bukan hanya pada pengawasan, tetapi bagaimana mengubah potensi gangguan menjadi peluang inovatif bagi proses pengajaran dan pembelajaran.

Peristiwa ini menambah daftar panjang diskusi global mengenai etika, tanggung jawab, dan transformasi metode pendidikan di tengah pesatnya perkembangan kecerdasan buatan.(*)