Cara Menyulap Rp10 Juta Jadi Rp2.8 Miliar Lewat Saham

Ilustrasi Saham. Foto-Net-Ilustrasi: canva@budi-

Radarlambar.bacakoran.co- Menghasilkan keuntungan atau cuan menjadi tujuan utama dalam berinvestasi. Investor tentu berharap modal yang ditanamkan dapat berkembang dan memberikan hasil yang lebih besar. Salah satu keinginan banyak investor adalah menciptakan aliran pendapatan pasif, yaitu penghasilan yang diperoleh tanpa harus bekerja aktif setiap hari.

Nilai investasi yang meningkat tidak hanya menambah kekayaan, tapi juga menjadi alat untuk menjaga daya beli dari ancaman inflasi. Ketika harga barang dan jasa naik, keuntungan investasi yang positif dapat mengimbangi bahkan melampaui laju inflasi sehingga nilai uang tidak tergerus.

Dalam dunia investasi saham, saham konglomerat menjadi pilihan menarik bagi para investor. Hal ini dikarenakan konglomerat biasanya memiliki portofolio anak perusahaan yang tersebar di berbagai sektor industri, mulai dari teknologi, konsumer, energi, hingga manufaktur. Diversifikasi sektor ini membantu mengurangi risiko kerugian, karena kerugian di satu sektor dapat ditutupi oleh keuntungan di sektor lain.

Selain itu, konglomerat besar biasanya memiliki fondasi keuangan yang kuat, dengan cadangan kas memadai dan reputasi baik di pasar modal. Stabilitas ini membuat investor merasa lebih aman, terutama saat kondisi pasar yang tidak menentu atau bergejolak. Konglomerat juga memiliki model bisnis yang sudah teruji dan manajemen berpengalaman, sehingga mampu mengambil keputusan strategis untuk menjaga pertumbuhan dan keuntungan perusahaan.

Salah satu daya tarik lain dari saham konglomerat adalah kemampuan mereka untuk memberikan dividen stabil yang menjadi sumber pendapatan pasif bagi investor. Selain itu, konglomerat besar kerap melakukan akuisisi perusahaan-perusahaan potensial yang dapat mempercepat pertumbuhan dan meningkatkan nilai investasi secara signifikan.

Jika dilihat dalam lima tahun terakhir, investor yang menanamkan modal pada saham konglomerat dapat meraih keuntungan luar biasa. Misalnya, dari konglomerat Prajogo Pangestu, saham PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) mencatat kenaikan harga saham hingga 4.014,96 persen. Artinya, investasi sebesar Rp10 juta lima tahun lalu kini berubah menjadi sekitar Rp411 juta.

Namun, jika membandingkan dengan konglomerat Salim Group, kinerja saham PT DCI Indonesia Tbk (DCII) jauh lebih mengesankan. Dalam periode yang sama, saham ini naik hingga 28.661,90 persen, mengubah investasi Rp10 juta menjadi Rp2,87 miliar—angka yang menjadikan investor secara harfiah miliarder dari modal awal yang relatif kecil.

Data ini menunjukkan betapa potensi cuan dari saham konglomerat bisa sangat besar, namun tentu disertai risiko dan kebutuhan analisis yang matang. Investor disarankan untuk mempelajari karakteristik dan kondisi masing-masing perusahaan, serta memahami pasar secara menyeluruh sebelum memutuskan investasi.

Dengan pendekatan yang tepat, saham konglomerat bisa menjadi pilihan strategis untuk meraih cuan sekaligus menciptakan aliran pendapatan pasif yang stabil di tengah dinamika ekonomi yang terus berubah.(*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan