Israel Sahkan Mosi Aneksasi Tepi Barat, Ketegangan Meningkat

Knesset Setujui Resolusi Aneksasi Tepi Barat, Dunia Kecam Eskalasi Israel. Foto/net'--
RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO – Ketegangan di wilayah Tepi Barat Palestina kembali memuncak setelah mayoritas anggota parlemen Israel, Knesset, menyetujui mosi untuk menerapkan kedaulatan Israel atas wilayah tersebut. Mosi yang didorong oleh koalisi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu itu mendapatkan 71 suara dukungan dan hanya 13 penolakan.
Walau bersifat deklaratif dan belum berdampak hukum langsung, keputusan ini dianggap sebagai langkah serius yang dapat semakin menyulitkan upaya pembentukan negara Palestina yang merdeka dan berdaulat. Israel menyebut wilayah ini sebagai Yudea, Samaria, dan Lembah Yordan—menunjukkan klaim sepihak atas daerah yang secara internasional masih dipersengketakan.
Rencana ini memicu kekhawatiran luas karena dipandang sebagai upaya permanen untuk menghambat solusi dua negara yang selama ini didorong komunitas internasional sebagai penyelesaian konflik Israel-Palestina.
Lebih dari 3 juta warga Palestina dan lebih dari 500 ribu pemukim Israel kini tinggal di wilayah Tepi Barat. Kekerasan di kawasan ini pun semakin meningkat, baik oleh aparat maupun pemukim Israel, terutama sejak dimulainya operasi militer pada Oktober lalu.
Salah satu insiden terbaru terjadi di kota al-Khader, selatan Betlehem, di mana dua remaja Palestina dilaporkan tewas akibat tindakan pasukan Israel dalam penggerebekan. Setidaknya 25 warga Palestina ditangkap dalam operasi serentak yang dilakukan di berbagai wilayah Tepi Barat seperti Beit Ummar, Idhna, Dura al-Qari, Ramallah, al-Mazraa ash-Sharqiya, dan Nablus.
Peningkatan intensitas kekerasan ini disebut oleh beberapa pengamat sebagai bagian dari strategi yang lebih besar untuk memperlemah Otoritas Palestina dan memaksa warga Palestina meninggalkan tanah mereka. Serangan terhadap rumah, kendaraan, dan kebun zaitun warga juga kian marak dilakukan oleh pemukim Israel, yang dalam banyak kasus mendapat perlindungan dari militer.
Situasi ini diperburuk oleh mandeknya upaya gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Pemerintah Israel dilaporkan menarik tim negosiasinya dari Qatar, menandakan nihilnya kemajuan dalam perundingan. Di sisi lain, pihak Amerika Serikat menilai sikap Hamas belum menunjukkan niat yang serius untuk mencapai kesepakatan damai.
Dalam konteks yang lebih luas, perkembangan ini memunculkan kekhawatiran bahwa pendudukan Israel di wilayah Palestina, khususnya Tepi Barat, akan semakin bersifat permanen—dan membawa dampak berkepanjangan terhadap stabilitas politik, kemanusiaan, serta proses perdamaian Timur Tengah secara keseluruhan. (*)