Krisis Rusia-Ukraina Meningkat: Trump Kirim Dua Kapal Selam Nuklir AS ke Perairan Strategis

Perundingan damai Rusia-Ukraina masih belum jelas. Moskow ingin lebih banyak rincian sebelum menyetujui gencatan senjata--

RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO - Ketegangan antara Amerika Serikat dan Rusia kembali memanas. Kali ini, Presiden AS Donald Trump mengambil langkah berani dengan memerintahkan pengerahan dua kapal selam nuklir ke wilayah strategis, menyusul eskalasi verbal antara dirinya dan mantan Presiden Rusia, Dmitry Medvedev, yang kini menjabat Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia.

Situasi ini terjadi di tengah kebuntuan negosiasi damai antara Rusia dan Ukraina. Trump sebelumnya telah memberi tenggat waktu kepada Moskow untuk menerima gencatan senjata hingga 8 Agustus, dengan ancaman sanksi ekonomi jika Rusia tak segera mengambil langkah damai. Namun, peringatan tersebut justru dibalas dengan pernyataan keras dari pihak Rusia yang menuding tekanan Amerika hanya memperburuk konflik.

Langkah pengiriman kapal selam nuklir dinilai sebagai bentuk sinyal politik keras. Meski tidak dijelaskan apakah kapal tersebut hanya bertenaga nuklir atau juga membawa senjata nuklir strategis, pengamat menilai manuver ini lebih sebagai pernyataan simbolik daripada langkah persiapan serangan nyata.

Data dari Arms Control Association menyebut bahwa AS memiliki sekitar 1.419 hulu ledak nuklir strategis yang siap operasional. Jumlah ini sedikit lebih rendah dibandingkan milik Rusia yang mencapai 1.549. Armada kapal selam Amerika sendiri sangat kuat, terdiri dari 71 unit bertenaga nuklir, termasuk 14 kapal selam rudal balistik kelas Ohio. Sebagai perbandingan, Rusia hanya mengoperasikan kurang dari 30 kapal selam nuklir, dengan sekitar 10 unit yang dapat membawa rudal balistik strategis.

Hingga kini, belum ada tanggapan resmi dari Kremlin atas pengerahan kapal selam tersebut. Namun beberapa pejabat tinggi Rusia cenderung meremehkan langkah itu, menyebutnya sebagai tindakan politis yang tak perlu ditanggapi secara militer.

Sementara itu, analis militer menilai bahwa manuver kapal selam bisa menimbulkan efek domino diplomatik. Dalam konteks geopolitik global, setiap isyarat penggunaan kekuatan nuklir dapat memicu keresahan internasional, terutama di tengah konflik aktif seperti yang terjadi di Ukraina.

Langkah Trump juga mengingatkan dunia pada krisis serupa di Semenanjung Korea pada 2017, ketika kapal selam AS dikerahkan sebagai bentuk tekanan terhadap Korea Utara. Namun, konteks Rusia-Ukraina kali ini dianggap jauh lebih kompleks, melibatkan dua negara adidaya dengan persenjataan strategis penuh dan sejarah panjang rivalitas.

Dengan waktu yang terus berjalan menuju batas ultimatum, dunia kini menatap dengan waspada. Apakah ancaman ini hanya akan berakhir sebagai manuver retoris, atau justru membuka babak baru dalam konfrontasi global antara dua kekuatan militer terbesar dunia?

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan