Petani Kopi Tebaliokh Nikmati Jalan Usaha Tani Semakin Baik

PETANI kopi di Pekon Tebaliokh Kecamatan Batubrak Lampung Barat kini menikmati akses jalan yang kian baik berkat dana desa. Foto Dok--
BATUBRAK - Akses yang baik bukan sekadar memudahkan perjalanan. Bagi petani kopi di Pekon Tebaliokh, Kecamatan Batubrak, Kabupaten Lampung Barat, jalan yang layak berarti menekan biaya produksi, mempercepat distribusi hasil panen, dan membuka jalan menuju kesejahteraan.
Itulah sebabnya pembangunan jalan usaha tani sepanjang 100 meter dengan lebar 2 meter menjadi prioritas Pemerintah Pekon Tebaliokh tahun ini melalui alokasi Dana Desa tahun anggaran 2025.
Jalan tersebut bukan akses biasa. Ia menghubungkan areal kebun kopi dengan permukiman warga jalur vital yang selama ini seringkali menyulitkan petani, terutama saat musim hujan ketika jalur tanah menjadi licin dan berbahaya. Kini, dengan permukaan yang lebih rata dan kokoh, petani bisa menggunakan kendaraan roda dua atau angkut ringan untuk membawa hasil panen keluar dari kebun.
Peratin Tebaliokh, Iwan Susanto, menegaskan bahwa pembangunan jalan usaha tani adalah bentuk komitmen pekon dalam memperkuat produktivitas sektor kopi, yang menjadi komoditas unggulan dan tumpuan ekonomi sebagian besar warga.
“Kami tidak ingin petani terus terbebani oleh akses yang buruk. Infrastruktur adalah bagian dari produksi. Kalau jalannya baik, waktu dan tenaga lebih efisien, hasil panen pun lebih cepat sampai ke pasar,” ujar Iwan, Selasa (5/8/2025).
Bagi masyarakat Batubrak dan sekitarnya, kopi bukan hanya komoditas, ia adalah warisan, mata pencaharian, sekaligus identitas ekonomi. Di Pekon Tebaliokh sendiri, mayoritas warga mengandalkan hasil panen kopi robusta sebagai sumber penghasilan utama. Namun persoalan klasik yang kerap dihadapi adalah akses dari kebun ke titik pengumpulan atau gudang yang masih minim infrastruktur memadai.
Buruknya akses membuat banyak petani harus mengangkut hasil panen secara manual atau menyewa jasa angkut dengan ongkos tinggi. Hal ini berdampak pada harga jual yang menurun karena biaya operasional meningkat.
“Kalau dulu satu karung kopi bisa diangkut naik motor setengah hari, sekarang bisa dua sampai tiga karung sekali jalan. Itu artinya waktu panen bisa digunakan lebih optimal,” jelas Iwan.
Jalan usaha tani yang dibangun dengan volume 100 meter dan lebar 2 meter ini memang belum mencakup seluruh akses kebun di wilayah pekon. Namun bagi petani, ini adalah awal penting. Iwan menyebut, pembangunan ini merupakan hasil dari musyawarah desa yang mengedepankan pendekatan partisipatif. Pemerintah pekon menyerap langsung aspirasi dari kelompok tani dan warga sebelum menetapkan prioritas alokasi Dana Desa.
“Ini program yang lahir dari bawah. Bukan proyek sekadar habiskan anggaran, tapi betul-betul menjawab kebutuhan harian petani,” katanya.
Mengakhiri pernyataannya, Iwan memastikan Pemerintah Pekon Tebaliokh menargetkan pembangunan jalan usaha tani akan terus dilanjutkan secara bertahap di tahun-tahun mendatang, tergantung pada ketersediaan anggaran dan tingkat urgensi wilayah. (edi/lusiana)