Setelah Fluktuasi, Harga Kopi Stabil di Rp47.000

PENGECEKAN kadar air kopi. Foto dok--

AIRHITAM – Awal Agustus membawa angin segar bagi para petani kopi di Kabupaten Lampung Barat. Setelah beberapa pekan mengalami ketidakpastian harga, kini biji kopi robusta kering kembali menunjukkan tren positif. Harga jual di tingkat supplier terpantau menyentuh angka Rp47.000 per kilogram—menjadi sinyal kebangkitan harapan di kalangan petani.

Kenaikan ini bukan isapan jempol. Berdasarkan pantauan harga pasar daring pada Selasa (5/8/2025), tercatat kenaikan sebesar Rp1.000 per kilogram dari harga sebelumnya. Meski kenaikan ini tergolong tipis, namun cukup untuk memicu optimisme bahwa pasar kopi mulai bergerak ke arah yang lebih menjanjikan.

Rosikin, salah satu supplier kopi asal Kecamatan Airhitam, mengungkapkan bahwa sejak memasuki awal bulan ini, pergerakan harga memang cukup dinamis. “Selama lima hari terakhir, harga sudah dua kali naik dan dua kali turun. Tapi fluktuasi kali ini lebih didominasi oleh kenaikan,” ujarnya.

Ia menjelaskan, tren positif tersebut mulai direspons oleh para petani yang sebelumnya menahan hasil panennya karena harga yang belum sesuai harapan. Kini, mereka kembali aktif memantau perkembangan pasar, bahkan sebagian sudah mulai melepas stok mereka ke supplier dengan perhitungan yang lebih cermat.

Sementara itu, supplier lainnya dari Kecamatan Belalau, Selamat Kanitzu, menyebut kenaikan harga kali ini cukup memberi semangat baru bagi petani kopi. Menurutnya, ada kecenderungan harga akan terus naik, terutama jika cuaca mendukung proses pengeringan kopi secara optimal.

“Petani sekarang mulai optimis lagi. Targetnya bisa tembus ke angka Rp50.000 bahkan sampai Rp60.000 per kilogram. Apalagi pada awal musim panen kemarin, harga sempat menembus lebih dari Rp70.000 per kilogram,” jelasnya.

Optimisme ini memang bukan tanpa alasan. Para pelaku usaha kopi di Lampung Barat masih memegang harapan besar untuk bisa mengulang capaian manis pada musim 2024 lalu, di mana harga kopi robusta nyaris menembus Rp80.000 per kilogram—angka tertinggi dalam satu dekade terakhir.

“Kalau tren positif ini berlanjut dan permintaan ekspor tetap kuat, bukan tidak mungkin harga bisa kembali ke level itu. Yang penting, petani tetap menjaga kualitas panennya,” tambah Kanitzu.

Diketahui, kopi robusta menjadi komoditas andalan bagi masyarakat di Lampung Barat. Ribuan kepala keluarga menggantungkan hidup dari budidaya kopi yang tersebar di hampir seluruh kecamatan di wilayah pegunungan ini. Tak hanya menjadi sumber ekonomi, kopi juga telah menjadi bagian dari identitas sosial dan budaya masyarakat Lampung Barat.

Kini, harapan itu mulai tumbuh lagi—bersama setiap biji kopi yang mengering di bawah sinar matahari, dan dengan setiap kilogram yang naik di pasar. (rinto/nopri)

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan