China Catat Sejarah: Robot Humanoid Xueba 01 Diterima Kuliah Program PhD Seni

Ilustrasi. Pertama kalinya dalam sejarah, sebuah robot humanoid berbasis kecerdasan buatan (AI) buatan China berhasil diterima kuliah dalam program PhD drama dan film. Foto: iStockphoto--

Radarlambar.bacakoran.co– Dunia pendidikan tinggi mencatat sejarah baru ketika sebuah robot humanoid berbasis kecerdasan buatan (AI) bernama Xueba 01 diterima secara resmi dalam program doktoral di bidang Drama dan Film di Shanghai Theatre Academy (STA), China. Ini menjadi pertama kalinya sebuah robot mendaftar dan diterima sebagai mahasiswa PhD di bidang seni pertunjukan.

Xueba 01 merupakan hasil kolaborasi antara Universitas Shanghai untuk Sains dan Teknologi dengan perusahaan teknologi DroidUp Robotics. Ia akan menempuh pendidikan selama empat tahun dengan fokus pada eksplorasi opera tradisional China. Kehadirannya diumumkan bersamaan dengan pelaksanaan Konferensi Kecerdasan Buatan Dunia yang digelar awal Agustus.

Robot ini telah terdaftar secara administratif, memiliki kartu pelajar virtual, dan akan mulai aktif kuliah pada 14 September. Dalam masa studinya, Xueba 01 akan mengikuti mata kuliah artistik seperti akting panggung, penulisan naskah, dan desain tata panggung, serta pelajaran teknis seperti pengendalian gerak dan konstruksi bahasa.

Secara fisik, Xueba 01 didesain menyerupai pria dewasa dengan tinggi 1,75 meter dan berat 30 kilogram. Robot ini memiliki wajah berbahan silikon yang mampu menampilkan berbagai ekspresi halus, lengkap dengan kacamata, kemeja, dan celana panjang. Bahasa pengantarnya adalah Mandarin, dan ia memiliki kemampuan untuk berinteraksi secara verbal dan nonverbal dengan manusia.

Program ini merupakan bagian dari upaya penelitian STA untuk mengeksplorasi potensi kolaborasi antara seni dan kecerdasan buatan. Diharapkan, Xueba 01 mampu mendalami seni opera China tidak hanya sebagai media hiburan, tetapi juga sebagai kajian akademis dan estetika, dengan pendekatan yang menggabungkan teknologi dan tradisi.

Meski demikian, kehadiran robot AI dalam dunia seni akademik menimbulkan perdebatan di kalangan masyarakat dan mahasiswa. Beberapa mempertanyakan apakah robot mampu memahami kedalaman emosi dan pengalaman manusia yang menjadi inti dari seni pertunjukan, terutama dalam bentuk opera yang sangat bergantung pada ekspresi dan suara autentik.

Ada pula kekhawatiran bahwa keberadaan robot seperti Xueba 01 bisa mengambil porsi sumber daya akademik yang seharusnya menjadi hak mahasiswa manusia. Dengan kondisi sebagian mahasiswa PhD di Tiongkok yang masih menerima dana terbatas, pertanyaan soal prioritas anggaran pendidikan kembali mengemuka.

Di sisi lain, robot ini juga dilihat sebagai simbol masa depan, di mana manusia dan mesin mulai berbagi ruang belajar dan proses kreatif. Sebagai seniman AI, Xueba 01 bahkan disebut dapat merintis karier sebagai sutradara opera digital, membuka studio seni robotik, atau berkontribusi dalam dunia teater dan museum.

Penerimaan Xueba 01 menunjukkan bahwa batas antara teknologi dan seni semakin tipis. Di satu sisi, ini adalah lompatan besar dalam integrasi AI ke dalam dunia seni. Di sisi lain, muncul pertanyaan mendasar: apakah kreativitas sejati dapat diciptakan oleh kecerdasan buatan?(*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan